Axe 3

452 29 0
                                    


"Tidak bisa! Singkirkan tanganmu atau aku pergi dari sini. Aku akan tidur di kamar kak Al. Tak kan ada yang berani melawan bahkan raja sekalipun," kataku sambil tetap berusaha menyingkirkan tangannya dan bersiap pergi.

"Baiklah! Aku singkirkan tanganku. Sekarang kau tidurlah di sini, " Kata Erasta penuh emosi sambil mengangkat tangan layaknya menyerah. Tak kusangka Erasta akan menyerah dengan mudah, ah apa yang ku inginkan sebenarnya! Lebih baik aku segera tidur supaya tidak memikirkan yang aneh-aneh lagi.

^^^^^^^^^

Rora POV

Pagi mulai menyingsing, mentari perlahan naik. Sinarnya menerobos kaca tanpa ragu, membuatku membuka mata yang terpejam. Penglihatanku yang masih samar mulai terasa jelas.

Ah apa ini? Sedikit berat dan tidak seperti biasanya, ada sesuatu yang melingkar di pinggangku.

Sebuah tangan yang cukup kekar melingkar, memeluk perutku tanpa rasa bersalah. Aku membalikkan badan dan mendapatkan Erasta yang tertidur dengan damai. Jika ia diam seperti ini, rasanya aku sedikit terpana akan wajahnya. Atau mungkin aku sudah terpana seutuhnya?

Tampan, ya itu yang kulihat di balik wajah dinginnya meskipun aku merasa dia sangat  mungkin mempunyai sifat yang menyebalkan dan emosi yang tak terkendali dengan baik, ia tetap tampan.

Ah, memikirkan apa aku ini.

"Sudah puas menatapku Ily?" tanyanya dengan mata yang masih terpejam sempurna.

"Kau sudah bangun? Lalu kenapa tanganmu masih memeluk ku? Bukankah kemarin telah kuperingatkan!" kataku menutupi rasa maluku akibat ketahuan menatapnya sedikit lama. Memalukan, ya tapi tidak memalukan bukan menatap suami, ups.

Sial, aku benar-benar sudah tidak waras sepertinya.

"Ehmm, mungkin supaya kau marah di pagi hari? Wajahmu nampak menggemaskan," jawabnya ringan disertai dengan tawa kecilnya. Tidak pernah kulihat dia tertawa seperti ini sebelumnya, sial aku terpana lagi.

"Lepaskan pelukanmu aku mau bersiap dan membersihkan diri," kataku sambil melepas lingkaran tangannya dari pinggangku. Bukannya terlepas tapi malah mengikat makin erat.

"Baik, akan ku lepas tapi apa imbalannya? " katanya sambil menaikan satu alisnya.

"Imbalan apa yang kau maksud?" kataku tak mengerti dan masih mencoba melepaskan diri tetapi sia-sia, semakin mencoba semakin erat pelukannya.

Lalu kulihat dia menunjuk pipi

"imbalannya disini, "

lalu dia menunjuk bibir

"atau disini, "

lalu dia menunjuk lagi tapi dia menunjuk leherku

"atau biarkan aku melakukan disini," seringainya terpampang jelas di depanku.

Aku yang merasa geli karena sentuhan di leherku menjawab, "Apa yang kau katakan? Hah?! Aku tidak mau!". Aku mencoba menjauhkan diriku dari sentuhannya.

"Itu terserah padamu, sampai nanti sore pun aku tidak keberatan berpelukan seperti ini, "godanya, ingin sekali aku memukul kepalanya. Berpelukan darimananya, dia yang memelukku secara sepihak dan aku seperti guling yang dipeluk erat tanpa bisa bereaksi. Mungkin lama-lama aku akan gepeng seperti guling.

Aku dalam posisi sulit dan kalau dilihat dari sudut pandang manapun dia tidak merasa rugi sedikitpun. Sekejap aku menarik nafas dalam, menutup mata dan menghembuskan nafas.

My Vampire And My WerewolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang