"A-Apa yang ka-kalian lakukan? " suaraku bergetar takut apakah yang kupikirkan benar-benar terjadi bahwa Veily mandi bersama dengan Axe atau mereka melakukan sesuatu yang lain saat aku tidak ada.
"Singkirkan pikiran kotormu! Kami memang mandi di waktu yang sama tetapi tidak di tempat yang sama,'' Axe berbicara tegas dengan tatapan mata tak suka. Oh aku tersadar bahwa dia tak memakai anting yang di buat Veily, yang membuatnya tidak mengetahui pikiran orang. Pantas dia dapat membaca pikiran ku.
"Apa maksudmu? " tanyaku lebih jelas sembari menutup pintu dan melangkah masuk, aku mulai mendekat beberapa langkah.
"Kau tak melihat pintu itu, "mata Axe melirik dengan dagu mengikuti seakan menunjukkan satu pintu di ruangan ini selain pintu kamar mandi, pintu menuju balkon dan pintu menuju luar kamar. Yang jelas itu bukan pintu lemari.
"Ya aku melihatnya. Itu pintu penghubung kamarku dengan Atheurora Veily Aimer! "kataku penuh penekanan supaya Veily sadar betapa murkanya diriku dan bagaimana emosiku memikirkan hal yang tidak-tidak.
"Aku mandi di kamar mandi kamarmu dan Axe mandi di kamar mandi kamarku. Aku lupa membawa pakaian jadi aku kembali kemari lewat pintu itu, " Veily mulai angkat bicara menjelaskan hal yang membuatku salah sangka.
Rora POV
Kulihat raut wajah Erasta yang seakan menyiratkan kelegaan. Entahlah, Erasta itu mempunyai emosi sebelas-dua belas dengan kak Alprom. Tak stabil dan kurang terkendali.
Pengendalian emosinya seperti kaum werewolf yang gampang terpancing. Terkadang aku sangsi jika dia adalah vampire murni jika dia tiba-tiba ngambek dan marah.
Tak lama, Axe mulai memakai anting tadi yang telah kusihir dengan terburu-buru. Mungkin dia sudah lelah dengan pikiran Erasta yang sangat berisik di kepalanya bahkan aku dapat melihatnya.
Setelahnya, Axe memakai baju dan ingin memakai celana. Aku masih fokus mencari pakaianku sendiri dengan mengobrak-abrik isi lemari.
"Hei apa yang kau lakukan Akrore Xerai Iathan! " Erasta setengah berteriak keras mungkin lebih terdengar seperti setengah membentak. Sepertinya jika Erasta menyebut nama lengkap, itu artinya dia marah terhadap makhluk tersebut. Ah apa peduliku ayo cari pakaian yang cocok.
"Ganti pakaian, " terdengar jawaban Axe yang begitu santai dan tetap melanjutkan aktivitasnya yang dapat kulihat dari lirikan lewat ekor mataku. Walau ia sempat mengusap-usap telinganya sebentar akibat teriakan Erasta. Sebenarnya tidak terlalu keras, namun cukup membuat jantung kami berolahraga karena tiba-tiba dikagetkan oleh suaranya.
"Kau gila? Kau berganti pakaian di depan seorang perempuan! Apa kau tak diajari sopan santun? "Erasta masih dalam mode setengah berteriak. Ya lumayan cukup membuat telinga kami kaget lagi.
"Siapa? Mana perempuan? Jika maksudmu adalah Theve itu tak masalah. Dia sudah biasa dengan pemandangan tentang diriku. Kau tak perlu khawatir. Lagi pula dia tak tertarik pada bentuk-bentuk di tubuhku yang memang sangat menggoda ini," Axe benar dengan perkataannya, aku memang tak akan tertarik dengan pemandangan akan dirinya. Sudah bosan aku melihatnya. Jangan berpikir macam-macam.
"Apa?!" Erasta lalu menatapku dengan tajam seakan berkata jelas-kan-pada-ku.
Aku memutar bola mataku malas sambil melipat pakaian di lenganku setelah aku memilihnya dari lemariku. Haruskah aku menjelaskannya? Atau aku langsung pergi saja ke kamar mandi untuk ganti baju?
"Kami sudah kenal dari kecil. Lagi pula apa untungnya aku melihat bentuk-bentuk di tubuhnya seperti kurang kerjaan saja. Bahkan para kakak ku badan nya lebih sempurna dari pada Axe. Aku pun tak pernah melirik para kakak ku, " jelasku setelah mendapat tatapan darinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Vampire And My Werewolf
Werewolf----- ------ Tak pernah terbayang olehku hanya karena tak sengaja menemukan seorang vampire yang tergeletak tak berdaya, itu dapat mempengaruhi kehidupanku bahkan menentukan kematianku. Atau mungkin ini adalah sebuah kesengajaan? _Rora Ini bukan t...