Pilihan 25

17 4 0
                                    

"Kau tau akibat dari pilihanmu? Redelion ikut menderita, mereka hidup dalam kebohongan demi balas dendammu itu! "' Rora semakin marah mendengar perkataan Lena.

"Apa menurutmu.....................

.

"Apa menurutmu aku terlihat peduli? Mereka dengan sukarela membantuku, aku tidak memaksa mereka. Bagaimana mungkin mereka menderita jika mereka melakukan itu tanpa paksaan siapapun?'' Kata Lena semakin tidak sadar diri.

"Baik kalau itu keputusanmu, aku tak akan segan lagi padamu. Memang benar kata kak Arega, kau sudah terlampau jauh sudah tidak bisa ditolong. Masa depan Redelion tergantung padamu, aku harap kau bisa mengingat batasmu, '' Rora menatap nanar ke arah Lena sebelum akhirnya beranjak menjauh.

"Selamat menikmati hari-hari mu di sini sampai waktunya tiba," bisik Rora meninggalkan Lena.

Lena dikurung di ruang pribadi Rora, terkadang beberapa jam sekali ruangan akan penuh asap, asap yang membuat Lena kehilangan kesadaran. Asap itu yang akan membuat Lena memasuki alam bawah sadarnya. Membuat pikiran jahat dan pikiran baiknya bertemu, bertengkar mempertahankan argumen dengan alasannya masing-masing. 

Rora berharap Lena akan segera sadar dengan tindakannya. Pertentangan batin nya yang akan membuat sadar, jika pikiran jahat nya yang menang maka ia akan gila karena Lena tak akan bisa keluar dari sana.

Rora hanya berharap Lena bisa kembali ke jalan yang benar karena Rora tak mungkin selamanya mengurung Lena di sini. Di satu sisi ada Redelion, di sisi lain ada Drac, membuat Rora meremat tangannya frustasi.

.
.
.

Axe tetap memanggil Elfathan beberapa kali, suaranya berubah mirip seperti Raja Rouran, bisiknya pelan namun terdengar sampai seluruh penjuru seperti bergema. Tidak lama makhluk yang dipanggil untuk hadir pun datang.

Makhluk itu segera melesat menuju sumber suara, jarang sekali rajanya memanggilnya. Ia penasaran ada apa gerangan, apalagi sumber suara ini bukan dari arah kerajaannya.

"Apakah terjadi sesuatu dengan Raja Rouran?"  Pikirannya liar sembari masih melaju menuju sumber suara.

Setelah dia sampai, dia terheran, di mana raja Rouran yang memanggil namanya tadi, ia hanya melihat adiknya, Erasta di sini. 

Sekarang pikirannya mulai liar lagi, dia salah mengira bahwa kaum werewolf sedang menjebak adiknya dan dirinya. Elfathan segera berteriak marah dan menarik adiknya cepat. Melesat sangat cepat bahkan membuat Erasta sendiri terkejut akan kecepatan kakaknya.

"Apa yang kalian lakukan terhadap adikku!'' Elfathan menatap tajam kepada pangeran Arega dan juga Axe.

Sedangkan Erasta masih mematung menatap tak percaya bahwa Axe dapat mengundang kakaknya.

"Kau melupakan aku? Bagaimana mungkin kawan?" Pangeran Arega menunjukkan raut seperti tidak percaya yang dibuat-buat sembari tersenyum ramah.

''Arega, ssshhh kau yang memanggilku? Apa maumu dan bagaimana kau bisa bersama adikku?'', Elfathan segera ingat dengan siapa dia berhadapan.

''Kemana kau pergi sehingga kau ketinggalan kabar yang membahagiakan seluruh kerajaan ini? Adikku telah menikah dengan adikku dan sekarang aku perlu bantuanmu untuk menumpas Drac,'' Pangeran Arega langsung mengutarakan niatnya tanpa berusaha basa-basi lagi.

"Bagaimana mungkin Erasta dengan adikmu bisa menikah? Mereka berbeda klan!'' Elfathan masih waspada, dia tidak tau kabar itu dan juga tidak bisa mempercayainya. Lagipula Elfathan tidak tahu itu wajar, pernikahan Rora dan Erasta memang belum dipublikasikan secara umum dan luas. 

My Vampire And My WerewolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang