Keyakinan 23

12 3 0
                                    

"Berusaha mengabaikanku, huh?," sindir Rora ketika mereka sampai.

Mereka hanya terdiam, jika Lena dan Red merasa bersalah, maka Erion malah menatap menantang.

Author POV

"Aku tau rencanamu, jangan harap kau dapat merekrut kami ke dalam rencanamu. Aku tak akan membiarkan Lena dan Red terluka dengan mengikutimu!'' Erion menatap tajam Rora.

"Ini yang kusuka darimu Erion, kau tau segalanya. Siapa yang bisa membantahku? Ini takdirmu, ramalan itu tak bisa dihindari. Kau harus melawan Drac, ikut berjuang bersamaku. Jika tidak? Kau tau apa resikonya!'' Rora mulai kehilangan kesabaran.

Bukan masalah permintaannya ditolak, namun ini sudah beda perkara. Disituasi yang semakin dekat dengan pertempuran, Erion masih keras kepala dengan pandangannya untuk menghindarkan Lena dan Red dari pertarungan.

Ramalan Hermos bukan sekadar ramalan kehidupan dan kekuatan mereka, namun juga sebuah ramalan yang mengharuskan mereka ikut masuk ke dalam suatu pertempuran.

Sama seperti Moran, mereka juga akan ada di setiap masa dan mereka juga mengorbankan diri untuk satu masalah besar seperti halnya pada Moran.

"Tapi itu tidak adil, aku tak pernah meminta aku ada dalam ramalan sialan itu!'' Erion mulai emosi dengan semua yang terjadi.

"Tidak ada yang mau pertempuran, pertumpahan darah, dan juga kesengsaraan Erion! Ini telah digariskan dan semua memang harus terjadi sesuai takdirnya. Kita tak dapat menghindar. Maka dari itu menangkan dan buktikan bahwa kita memang pantas digaris takdir ini. Jangan malah membuatmu merasa tak adil, jika ini jalannya maka yakinlah kita mampu!'' Rora terus membujuk Erion.

Rora tak mengerti bagaimana laki-laki segagah Erion bisa sepengecut itu, Rora tau ia hanya berusaha melindungi Red dan Lena tetapi memangnya siapa yang tidak punya orang yang dilindungi? Rora pun punya dan Rora akan memilih jalan berjuang untuk melindungi mereka daripada bersembunyi sampai waktu yang tidak diketahui. Apapun hasilnya Rora percaya, tiada yang sia-sia jika kita bersungguh-sungguh berusaha.

Mata Erion berkaca-kaca, ia tak masalah jika harus mati atau pun mengalami nasib buruk lainnya, ia hanya tak bisa melihat Lena yang ikut memikul beban itu.

"Hei, liat mataku! Kau harus percaya padaku, aku tak selemah itu. Aku akan bersamamu sampai akhir, kita tak akan terkalahkan," Lena menatap dalam Erion, meyakinkan bahwa memang sudah saatnya bergabung melawan Drac.

"Yak, aku cemburu, kau memikirkan Lena, bagaimana denganku? Apa kau membiarkan aku mati sendiri nanti? Kita harus bersama supaya kita tidak mati. Ayolah kita harus membantu teman bukan?'' Red tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Erion.

Erion menatap Lena lama, mencari keyakinan yang akan dia perjuangkan.

Perlahan ia berganti menatap Rora, mencari keberanian yang akan ia bawa.

Terakhir ia menatap Red, mencari kesungguhan dan ikatan yang mereka jalin selama ini.

Mata mereka semua menyiratkan harapan, meminta Erion percaya bahwa jika bersama akan bisa, dan bisa karena bersama. Erion mulai menerima uluran tangan Red, menariknya dan memeluk Red dengan gagah.

"Kita akan melindungi semuanya, jangan khawatir," Erion menepuk punggung Red.

Entah kenapa namun air mata kami berempat jatuh bersamaan, kami tertawa namun air mata tidak berhenti jatuh. Mungkin karena ini momen pertama kalinya kami saling beradu pandangan dengan serius.

Erion melepas Red dan menggenggam tangan Lena, ia mulai menatap Rora.

"Katakan Putri, apa yang harus kami lakukan? Kami siap melaksanakan perintah!'' Erion berkata tegas dengan hormat kepada Rora.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Vampire And My WerewolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang