Pangeran Arega semakin jauh dan hilang dari pandangan Elfathan.
Namun Elfathan tetap mengajari Red dan Erasta seperti perkataan Pangeran Arega. Ia sudah merencanakan latihan-latihan yang mendukung tujuan Arega.
.
.
.
Erasta menunggu pembicaraan kakaknya dengan Pangeran Arega selesai, ia akan menemui kakaknya dan saling bertukar cerita. Sedangkan Axe pergi menemui Rora yang sudah kembali dari Kerajaan Raimor menggunakan portal.
"Apa semua akan baik-baik saja?" tanya Rora khawatir kepada Axe, perasaan Rora sangat tidak nyaman.
"Pasti, aku percaya itu, kita akan baik-baik saja", Axe menenangkan Rora dengan kata-katanya, meski begitu tak bisa dipungkiri rasa resah yang melanda keduanya.
"Nava berada di sisi Drac, Lena sudah kita amankan, masih ada 3 orang lagi. Surat itu berisi 5 baris, ada 5 orang yang harus kita ungkap identitasnya," Rora menatap ke depan, menerawang siapa ketiga orang itu.
"Kau yakin tidak ingin menangkap yang satu ini juga?" Axe bertanya tentang seseorang yang sudah jelas mereka tahu dan dekat dengan mereka saat ini.
"Kau tau dengan benar Axe, dia hanya korban, dia takkan berkhianat, mungkin," Rora terlihat cemas di akhir perkataannya, perkataannya itu seperti hanya untuk menenangkan dirinya sendiri.
"Dia akan berjuang hingga akhir, lalu mungkin dia akan mati, kau tidak ingin merubah takdirnya?" Axe mengutarakan kemungkinan yang akan terjadi.
"Kita tak bisa merubah takdir Axe, bagaimanapun jalannya, semua akhirnya akan sama," Rora menggenggam tangan Axe mencoba meyakinkan takdir tidak akan berubah karena itu sudah suratan.
"Banyak perubahan yang terjadi akhir-akhir ini, apakah endingnya juga tak bisa berubah?" Axe mengeratkan tangannya pada Rora merasa takdirnya seperti tidak menyenangkan.
"Hanya dewi bulan yang tau," Rora tersenyum dan menepuk pelan genggaman Axe berulang kali seakan mengatakan bahwa semua pasti baik-baik saja.
Di balik percakapan mereka, ada Erasta yang mengawasi mereka dari jauh. Erasta merasa kesal melihat Axe dan Rora bersama di taman, mereka berpegangan tangan sembari memandang pemandangan, setidaknya itu yang dipikiran Erasta.
Ia merasa tak dihargai sebagai suami Rora, namun amarahnya tiba-tiba mereda. Ia sadar ia bukan siapa-siapa. Ia hanya vampire yang kebetulan lewat dalam takdir Rora.
"Tahan cemburumu Erasta, biarkan mereka bersama sampai perang bersama Drac, kita tak akan tau kapan mereka akan bertemu lagi," Pangeran Arega mengejutkan Erasta dengan kedatangannya.
Pangeran Arega bergabung dengan Erasta menatap Rora dan Axe dari kejauhan.
"Apa maksud kakak?'' Mendengar hal itu Erasta menjadi bingung.
"Tidak ada apa-apa, aku pergi dulu," Pangeran Arega melenggang pergi begitu saja meninggalkan pikiran berkecamuk di benak Erasta.
"Tunggu kak, bagaimana kau tau tentang kak Elfathan?" Erasta menghentikan langkah Pangeran Arega sebelum semakin menjauh.
"Kebetulan aku pernah bertemu dengannya," Pangeran Arega tidak terlalu menjelaskan detailnya kemudian melanjutkan langkahnya. Dua pertanyaan Erasta tidak dijawab dengan benar, seakan Pangeran Arega tidak ingin menjelaskan lebih banyak.
Erasta sebenarnya masih penasaran, namun rasa penasarannya tidak lebih besar dari rasa cemburunya saat ini. Ia memilih kembali menatap Axe dan Rora, mengawasi mereka dari kejauhan. Namun itu tak bertahan lama, jika kak Arega sudah mendatanginya maka percakapan dengan kakaknya pasti sudah selesai. Segera Erasta menemui Elfathan daripada berlama-lama menyiksa hatinya memandang Rora dan Axe bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Vampire And My Werewolf
Hombres Lobo----- ------ Tak pernah terbayang olehku hanya karena tak sengaja menemukan seorang vampire yang tergeletak tak berdaya, itu dapat mempengaruhi kehidupanku bahkan menentukan kematianku. Atau mungkin ini adalah sebuah kesengajaan? _Rora Ini bukan t...