New Home, New Life

819 99 21
                                    

Ogah-ogahan Jeonghan mengemas barang-barangnya yang hanya berupa pakaian satu koper dan juga boneka milik kyeolkyung yang belum sempat di bawanya ke rumah sakit. Senang sih punya rumah baru, masalahnya kenapa ia harus satu rumah dengan orang itu? Hong Jisoo.

Menjadi manajernya saja sudah cukup membosankan, apalagi harus tinggal bersama. mungkin seminggu serumah dengan Jisoo Jeonghan langsung di kabarkan tewas karena kebosanan atau telinga berdarah karena harus mendengari ceramah-ceramah yang sudah pasti tidak akan di dengarkan oleh Jeonghan.

Jeonghan menarik nafas dalam-dalam. ia menatap ruangan kecil yang sudah di kuncinya. ruangan yang berada di atas atap sebuah binatu yang berada di pinggiran kota. Hampir dua tahun ia tinggal disini dan Jeonghan baru sadar jika tempat tinggalnya ini tidak pernah terurus. wajar saja, Jeonghan menggunakan ruangan kecil ini hanya untuk menaruh pakaian, tidur, dan berteduh dari hujan. terkadang juga Jeonghan tidak pulang. Jeonghan pada dasarnya bisa hidup di mana saja, ia sudah terbiasa sejak kecil.

"Omo, Jeonghanie, kau mau pergi hari ini juga?" seorang bibi dengan rambut bob yang di keriting sedimikian rupa, berpakain serba bermotif bunga, bermake up tebal dan memiliki wangi parfume murahan. dia ibu kost disini, pemilik binatu yang ada di bawah. Dia manusia menyebalkan nomor satu sebelum Jisoo bagi Jeonghan.

Baru beberapa jam yang lalu Jeonghan datang membawa sejumlah uang untuk melunasi utang-utangnya juga biaya sewa yang menunggak padanya. Awalnya ia mencurigai Jeonghan berbuat macam-macam tapi setelah mendengar penjelasan Jeonghan ia akhirnya mau menerima uang itu dengan senang hati.

"Ne, ahjjuma, jangan merindukanku, ya." ucap Jeonghan dengan nada bercanda. bibi itu menepuk lengan Jeonghan dengan senyum malu-malu.

"Kuharap kau bisa hidup lebih baik setelah ini, semoga sukses." pesannya sambil mengantarkan Jeonghan ke bawah. Taksi sewaan yang akan membawa Jeonghan ke rumah barunya sudah menunggu.

Supir taksi yang menunggu Jeonghan langsung memasukan koper Jeonghan ke dalam bagasi. Jeonghan membungkuk, memberikan ucapan selamat tinggal pada bibi yang selama ini menjadi ibu kosnya. walaupun ia menyebalkan, menurut Jeonghan ia tetap orang yang baik. ia sering memberi makanan pada Jeonghan dengan alasan ia memasak kelebihan atau anaknya membawa makanan yang ia tidak suka.

Sekarang, saat Jeonghan memulai kehidupan barunya. Nasib yang telah di tuliskan tuhan padanya. dengan hati yang berdebar ia memperhatikan jalan menuju rumah barunya. meskipun ia harus berbagi dengan Jisoo, setidaknya tempat tinggalnya kali ini lebih layak dan lebih nyaman.

tak lama kemudian taxi itu masuk ke wilayah sebuah apartemen mewah di daerah gangnam. tidak jauh jaraknya dari gedung perusahaan. Jeonghan pun tertegun. ia melongo saat memasuki lobi.

"Yoon Jeonghan." seru seseorang dari arah berlainan. Jeonghan hapal suara itu. ia menoleh dan menemukan Jisoo di sana berdiri dengan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya.

"Kau sudah lama menunggu?" tanya Jeonghan menghampiri Jisoo yang berdiri di dekat lift.

"Aku baru sampai, aku membeli beberapa makanan dan minuman, apartement itu belum di bereskan jadi setelah ini kita harus membersihkannya dulu."

"Kita?"

"Wae? kalau tidak mau, kau bisa cari tempat tinggal lain." sahut Jisoo.

"Mwoya, apartement ini di berikan untukku." sela Jeonghan.

"Untuk kita." tambah Jisoo membuat Jeonghan mendecak. lift berdenting dan pintunya terbuka di hadapan mereka. mereka berdua masuk ke dalam lift. tidak ada perbincangan.

Jeonghan diam. Jisoo diam sambil memperhatikan Jeonghan yang tampak mengantuk atau memang ekspresinya selalu sendu seperti itu.

Lift mereka berhenti di lantai 10. Jisoo mengecek sekali lagi nomor kamar pada kunci apartemen mereka. 1004. Pintu bernomor 1004 ada di hadapan mereka.

LoveHateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang