Believe

522 87 23
                                    

Mingyu menepati ajakannya pada Seungkwan untuk mentraktir Seungkwan di kafe yang ada di ujung jalan itu. kafe kecil yang di dominasi warna gelap, namun tidak terkesan suram. Justru karena warna-warna gelap tersebut kafe kecil ini terkesan lebih modern dan elegan. Setelah memesan makanan, Mingyu dan Seungkwan mengambil tempat duduk yang berada di tengah-tengah ruangan.

"hah.." Mingyu menghela nafas, menatap ke arah lain. Seungkwan yang duduk di hadapannya mengerenyitkan kening. "menurutmu, apa.. sajangnim menyukai Jeonghan hyung?" tanya Mingyu menatap sedih ke arah lain. Seungkwan memutar bola mata.

"rupanya kau sedang sakit." komentar Seungkwan. Mingyu menatapnya bingung.

"aku sehat kok! Sakit apanya?"

"sakit hati." Seungkwan mendelik teman sekantornya, "kau cemburu kan dengan kedekatan sajangnim dan Jeonghan hyung?" tebak Seungkwan. Mingyu mengerucutkan bibirnya. Memalingkan wajah lalu tertawa sekencang-kencangnya. Membuat pengunjung kafe yang lain menatap ke arah mereka.

"aku tidak mungkin cemburu! Aku masih normal! Hahaha!" Seungkwan mendecak kesal. Kalau saja Mingyu bukan sahabatnya, ia sudah melarikan diri karena malu.

"kecilkan suaramu!" desis Seungkwan. Mingyu berhenti tertawa dan mendumel tidak jelas.

"hah.. itu terlihat di wajahmu, aku tahu kau menyukai Jeonghan hyung kan? Tidak usah malu, akui saja kalau sekarang kau sudah sama seperti Choi Minki." tambah Seungkwan.

"sama apanya?" tanya Mingyu.

"menurutmu?" Seungkwan menyilangkan kakinya dan menatap ke sekeliling kafe. Wangi aroma kopi menyeruak di udara membuat Seungkwan tidak sabar menanti pesanannya.

"kau mengatai aku GAY?" ulang Mingyu meninggikan suara. Seungkwan mendengus.

"memang kan?" tantang Seungkwan. Mingyu mendesis kesal.

"hey, aku mengajakmu kesini untuk ngobrol bukan bertengkar, oke? Aku tidak sedang dalam mood untuk bertengkar." Pinta Mingyu. Tepat pada saat pesanan mereka di antarkan oleh pelayan.

"tapi... kurasa, Jeonghan hyung lebih cocok dengan Direktur Hong ah, maksudku Jisoo hyung." Ucap Seungkwan mengulum senyuman.

"mereka berdua sama-sama manis, wajah juga mirip, meskipun mereka kurang akur tapi kau tahu kan benci dan cinta itu batasnya hanya setipis kertas. Mereka masih punya kemungkinan." Jelas Seungkwan kesenangan sendiri.

Mingyu yang tengah asik menghirup secangkir Americano-nya mendadak menyemburkan kopi tersebut dan tersedak. Seungkwan membulatkan matanya terkejut.

"oh wae??? kau ini kenapa sih... aduh." Seungkwan membersihkan sedikit bagian kemejannya yang terkena percikan. Ia menatap sinis Mingyu.

"aku tadi pesan Americano kan?" tanya Mingyu, Seungkwan mengangguk.

"seingatku Americano, kenapa?" tanya Seungkwan balik. Mingyu menyodorkan gelasnya.

"apakah ini terasa seperti Americano?" tanya Mingyu lagi. Seungkwan pun menerima cangkir Mingyu. Ia menghirup sedikit kopi Mingyu, kemudian mengerenyit.

"pahit sekali. Bahkan lebih pahit daripada espresso." Komentar Seungkwan. Mingyu mengangguk setuju. Ia pun berdiri membawa cangkir kopinya. "kau mau protes?" tanya Seungkwan. Mingyu mengangguk singkat dengan wajah cukup serius. Seungkwan menghela nafas, berdoa dalam hati Mingyu bisa mengatasinya dengan tenang dan tidak membuat malu.

"permisi, bukankah tadi aku memesan americano? Mengapa amricanoku berubah menjadi espresso? Aku tidak tahan pahit." Ucap Mingyu pada barista laki-laki yang kebetulan ada di balik konter.

LoveHateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang