Mimpi Siang Hari

411 63 3
                                    

Jeonghan melepas beberapa kancing kemejanya. Ia mendengus lelah. Pemotretan panjang yang di lakukan sejak pagi ini akhirnya hampir selesai. Meskipun masih ada dua set lagi, setidaknya sekarang mereka di beri waktu istirahat satu jam.

Di luar tenda banyak sekali fans yang rela menunggu dan menonton pemotretan mereka. Kebetulan sesi pemotretan kali ini para fans boleh melihat meskipun tetap di beri jarak. Jeonghan mengintip Ren yang sibuk mengadakan mini fansign. Dengan senyuman ramah nan manis khasnya Ren berinteraksi sekaligus membubuhkan tanda tangan pada benda apa saja yang disodorkan oleh fansnya.

Jeonghan juga ingin sekali berinteraksi dengan fansnya. Tapi ia ingin beristirahat sebentar setelah mengumpulkan semua tenaga barulah ia akan menyusul. Jeonghan duduk di kursi sambil memainkan ponselnya. Ia tersenyum-senyum sendiri saat membuka sosial media dan melihat foto-foto hasil jepretan dari fans.

Tak lama Ren masuk juga ke dalam tenda. "Dadah, sampai nanti ya, terima kasih sudah mendukungku." Ucapnya riang. Saat tenda tertutup senyuman manis itu seketika menghilang dan berganti menjadi wajah jutek yang sering ditampilkannya terutama di hadapan Jeonghan.

"Kau sudah selesai? Cepat sekali fansignnya..." komentar Jeonghan. Ren mendelik.

"Bukan urusanmu." Katanya sambil menyambut botol minum yang di bukakan oleh asistennya. Para asisten mulai mengelilinginya untuk mengipasi, mengelap keringatnya, juga menyuapinya. Jeonghan mengerenyit lalu terkekeh kecil. Selama tiga bulan menjadi selebriti, Jeonghan tidak pernah punya asisten pribadi.

Jisoo tanpa disuruh mau membawakan barang-barangnya. Seungkwan selalu menawarkan diri untuk melakukan hal-hal yang sekiranya tidak bisa Jeonghan lakukan sendiri. Dan ia selalu memakai Make Up artist yang disediakan penyelenggara. Untuk urusan pakaian, Mingyu sukacita menjadi penasihat. Sisanya, Jeonghan melakukan segala-galanya sendiri. Karena ia sudah terbiasa melakukan segalanya sendiri. Bahkan ia lihai melakukan beberapa kerjaan dalam satu waktu.

Melihat Ren yang bak seorang putri raja itu Jeonghan jadi mengambil kesimpulan, Ren tidak hanya menyebalkan melainkan super duper menyebalkan. Hebat sekali orang yang mau bekerja dengannya. Mereka pasti dibayar mahal.

"Baiklah, Saya akan mengatur jadwal pertemuan, besok pagi akan saya beri kabar, baik, terima kasih." Jisoo melangkah masuk dengan ponsel menempel di telinga. Beberapa saat kemudian ia mematikan sambungan itu. Wajahnya sangat cerah. Lebih cerah daripada saat ia melihat kamar Jeonghan bersih tanpa ia yang harus membersihkannya.

"Kabar baik, tidak, kabar bagus!" Hebohnya antusias. Jeonghan mengerenyit bingung. Tanpa ditanya Jisoo sudah menyerocos tidak sabaran. "Kau tahu Manwon Group?" tanyanya membulatkan matanya pada Jeonghan. Ren yang mendengar nama perusahaan ayahnya di sebut-sebut langsung memasang telinga.

Jeonghan mencoba-coba mengingat nama itu. Lalu ia mengangguk kecil seingatnya itu adalah nama salah satu perusahaan besar yang memiliki anak perusahaan dalam berbagai bidang. Dan seluruh negeri ingin sekali menjadi salah satu bagian dari mereka. Selain gaji yang besar, ada gengsi yang bisa dijual di masyarakat kalau sudah menyandang nama ManWon Group.

Waktu sekolah Jeonghan pernah punya pikiran untuk bekerja di sana. Karena ia ingin hidup nyaman dengan gaji besar. Sayangnya perusahaan itu hanya merekrut orang-orang lulusan sarjana dari universitas besar. Sedangkan Jeonghan hanya lulusan SMA.

Jisoo menepuk tangannya, "Brand kosmetik 'Labila' yang merupakan anak perusahan ManWon Group ingin kau menjadi brand ambassadornya!"

"Uhuk!" Ren menyemburkan kopi yang diminumnya. Jeonghan membulatkan matanya. Orang-orang tahu itu adalah brand kosmetik terbaik di negeri ini. Dan kosmetik itu selalu memakai selebriti terkenal dari agensi hiburan besar. Sungguh prestasi besar kalau sampai selebriti baru dan dari agensi kecil seperti Jeonghan yang diminta untuk menjadi brand ambassador.

LoveHateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang