Epilog

1.1K 71 16
                                    

Satu tahun kemudian...

Sesekali Jisoo melirik jam ditangannya. Belum ada tanda-tanda Jeonghan akan keluar dari pintu tersebut. Para wartawan sendiri telah siap dengan kamera dan alat rekam mereka masing-masing. Siap menghujani Jeonghan seputar pertanyaan mengenai kasus penangkapan Heechul, kematian Siwon, dan identitasnya yang sebenarnya.

Tak lama, pintu masuk Pengadilan Negeri Seoul terbuka. Jeonghan melangkah dengan pasti. Dibalut setelan jas berwarna biru navy ia berdiri menghadapi para wartawan yang langsung menyerbu.

"Bagaimana keputusan hakim??"

"Apakah benar bahwa kau akan meninggalkan dunia entertainment dan menduduki posisi ketua grup Manwon??"

"Bisa kau jelaskan pada kami bagaimana bisa kejadian itu menimpamu dua puluh tahun yang lalu?"

"Mundur semua mundur." pinta Mingyu selaku manajer baru Jeonghan menjaga jarak para wartawan dari Jeonghan. Jeonghan menembus para wartawan itu didampingi olehnya. Tak jauh dari halaman pengadilan negeri, Jisoo menunggu sambil bersender di atas kap sedan putih kesayangannya.

Ia menyambut Jeonghan dengan senyuman cerah. Begitu juga dengan Jeonghan. "Suatu kehormatan dijemput oleh sajang-nim." tegur Jeonghan membuat Jisoo tersipu. Seungcheol telah mengundurkan diri sebagai CEO Redline Entertainment. Selain alasan ia pindah ke Jepang bersama Kyeolkyung, menurut Seungcheol, Jisoo lebih berhak duduk dikursi tersebut. Ia pewaris sah perusahaan itu.

Disinilah Jisoo sekarang. Ia tidak lagi menjadi manajer merangkap asisten Jeonghan. Ia kini penguasa RedLine Entertainment. Dan Mingyu ia tunjuk untuk menggantikan posisinya. Mingyu dengan senang hati menerima. Karena artinya, ia bisa dekat dengan Jeonghan setiap hari.

Kemudian Seungkwan dibebaskan Jisoo dari ruangan sumpek kantor lantai bawah, Ia ditunjuk Jisoo sebagai sekretaris presdir dan menempati ruangan yang pernah ditempati Mingyu sebelumnya.

"Hari ini jadwal Jeonghan kosong kan?" tanya Jisoo pada Mingyu. Mingyu membuka tabletnya, lalu mengangguk setuju.

"Benar, tidak ada jadwal untuk Jeonghan Hyung." ucap Mingyu masih berdiri dengan tegap disisi Jeonghan. Padahal pertanyaan Jisoo tadi sudah mengisyaratkan untuk Mingyu segera pergi. Tidak paham apa orang ingin berduaan?

"Ehem, kalau begitu, aku akan pergi dengan Sajangnim, kau bisa pergi ke kantor lebih dulu." ucap Jeonghan menepuk pundak Mingyu. Mingyu kemudian paham. Meskipun dengan hati yang tidak ikhlas ia akhirnya pamit.

"Aku duluan, Sajang-nim selamat sore." ucapnya menunduk sopan. Jisoo balas mengangguk. Mereka berdua lalu memandang punggung sedih Mingyu bersamaan.

"Dia sepertinya sangat menyukaimu." kata Jisoo dengan nada tidak suka. Jeonghan mendeliknya.

"Bukankah dia sangat manis?" gumam Jeonghan jahil. Jisoo menatapnya sengit.

"Terus aku asam?" sahutnya. Jeonghan menyunggingkan seringaian nakalnya yang khas.

"Pahit, wle." jawabnya segera masuk ke dalam mobil. Jisoo melotot sewot.

"Aishh orang ini." decaknya kesal. Jeonghan kemudian membuka jendela.

"Hey ayo cepat, nanti kita kemalaman!" teriaknya memerintah. Jisoo berbalik menghadapnya.

"Hey aku ini sekarang bosmu! Bukan lagi kacungmu! Sopan sedikit! Aishh dasar iblis berwajah malaikat." Dumel Jisoo sambil masuk dan duduk dibalik kemudi. Jeonghan terkikik geli. Dipandanginya terus Jisoo yang mengerutkan kening.

"Apa?" sahut Jisoo masih sebal. Jeonghan menggeleng dengan ekspresi lucu. Jisoo mendengus lelah. Selalu saja, kenapa ia tidak bisa benar-benar marah dengan iblis berwajah malaikat yang ada disampingnya ini? Apa karena wajah malaikatnya? Bukan, tapi karena Jisoo mencintainya.

LoveHateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang