Sekretaris Shin

333 53 0
                                    

Pagi-pagi Jeonghan menyempatkan diri ke rumah sakit. Jeonghan pergi dengan membawa sup kimchi buatan Jisoo untuk sarapan tadi. Seungcheol sering kali bermalam di rumah sakit dan pergi kerja tanpa sarapan. Itulah mengapa Jeonghan berinisiatif membawakannya sarapan.

Seungcheol masih dalam balutan sweter dan celana training ketika Jeonghan masuk ke kamar Kyeolkyung. Sementara Kyeolkyung masih memejamkan matanya sambil memeluk boneka pemberian Jisoo waktu itu. Seungcheol mengusap wajahnya mendapati Jeonghan melangkah masuk.

"Pagi Jeonghan," sapanya.

"Pagi Hyung," balas Jeonghan. "Aku bawakan sup kimchi." kata Jeonghan membuka mangkuk bekal yang terbuat dari aluminium itu. Seungcheol bangkit dari sofa tempat ia berbaring tadi dan mendekati Jeonghan.

"Siapa yang membuatnya?" tanyanya.

"Jelas Jisoo," sahut Jeonghan mempertegas bahwa bukan dia yang melakukan urusan dapur. Seungcheol mengangguk paham.

"Aku sikat gigi dulu." pamit Seungcheol menuju kamar mandi. Jeonghan mengangguk kecil. Sambil menunggu Seungcheol keluar dari kamar mandi, Jeonghan mendekati kasur Kyeolkyung. Di pandanginya si adik kecil yang semakin hari bobotnya semakin berkurang. Warna kuning di kulitnya semakin jelas. Rambutnya pun sudah tidak seperti dulu lagi. Efek dari kemoterapi membuat rambutnya perlahan-lahan rontok dan sekarang sudah sangat menipis.

Jeonghan mengusap kepala yang tertutup kain itu dengan lembut. "Kau pasti bisa sembuh, bersabarlah sayang." ucap Jeonghan. Setelah itu Seungcheol keluar dari kamar mandi. Jeonghan memandangnya heran. Padahal Seungcheol baru saja membasuh wajah, tetapi wajahnya tetap saja terlihat letih. Memang akhir-akhir ini Jeonghan perhatikan Seungcheol tidak seperti biasanya. Seungcheol lebih banyak diam dan melamun. Kerap kali memasang ekspresi sedih dan gelisah.

Jeonghan bergerak ke meja dan menarik meja kecil tersebut ke dekat sofa. "Gomawo." ucap Seungcheol menerima sendok dari Jeonghan. Sarapannya sudah terhidang di meja kecil. Seungcheol makan dalam diam. Sungguh berbeda. Karena biasanya Seungcheol akan memulai pembicaraan, Seungcheol laki-laki paling cerewet selain Jisoo, yang pernah ia kenal. Jeonghan jadi merasa aneh.

"Hyung, kau kenapa?" tanya Jeonghan akhirnya. Seungcheol mengerenyit. Ia menelan makanan di mulutnya sebelum menjawab.

"Aku? Kenapa?" Seungcheol malah balik bertanya.

"Maaf jika aku lancang, tapi apakah kau sedang ada masalah?" tanya Jeonghan lagi. Seungcheol pun terdiam. Ia memandang Jeonghan sebentar lalu menatap lurus mangkuk sup di hadapannya. Seungcheol menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.

"Beberapa hari yang lalu, mantan ayah mertuaku datang kemari," ucapnya memulai cerita dari sumber masalah yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.

"Dia mencari Kyeolkyung?" Seungcheol mengangguk. "Kau berhadapan dengannya?" Seungcheol menggeleng.

"Aku malah bersembunyi di balik tembok." jawab Seungcheol sambil tertawa miris. Jeonghan menatapnya iba. Jeonghan tahu apa yang terjadi pada Seungcheol dan keluarga kecilnya. Ayah mertua—maksudnya mantan ayah mertua Seungcheol memang mengerikan. Seungcheol saja takut padanya, Jeonghan tidak berani membayangkan sengeri apa mantan mertua Seungcheol itu beserta anak buahnya.

"Kurasa kami harus pergi." ucap Seungcheol kemudian. Jeonghan melotot kaget.

"Pergi? Kemana? Rumah sakit ini satu-satunya yang memiliki fasilitas lengkap di negara kita," Kata Jeonghan menatap Seungcheol khawatir. seungcheol hanya menatapnya lurus. "Jangan bilang kau akan membawa Kyeolkyung keluar negeri???"

"Aku tidak punya pilihan lain, Han, aku tidak ingin Kyeolkyung dibawa oleh bos mafia itu." Jeonghan menggeleng kuat.

"Lalu bagaimana dengan aku?" ucapnya menatap tajam Seungcheol.

LoveHateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang