RedLine Ent Terancam

1.3K 138 10
                                    

Akibat berurusan dulu dengan Jeonghan, Jisoo jadi lupa kalau tadi ia mau membeli roti di minimarket. Perutnya keroncongan dari tadi. Jisoo berniat memutar balik kendaraannya. Diliriknya jam yang melingkar di tangan kirinya.

"Ck." Jisoo mendecak. Jarum pendeknya menunjukkan pukul 9.55. lima menit lagi ia harus memimpin rapat di perusahaannya.

Terpaksa ia harus menahan rasa laparnya dulu demi menghadiri rapat penting. "Direktur! akhirnya kau datang juga!" ucap seorang laki-laki berpipi tembam dengan warna rambut kemerahan menghampiri Jisoo dengan sebuah map berwarna biru di tangannya.

"Mereka semua sudah datang." ucapnya dengan gelisah. Jisoo merapikan pakaiannya dan memakai jas yang selalu di sediakannya untuk rapat darurat.

"Semua? Presdir?" tanya Jisoo mendelik Sekretarisnya yang bermarga Boo.

"Tanpa kecuali." sahut Sekretaris Boo dengan gaya khasnya. Mendengar informasi tersebut Jisoo langsung mempercepat langkahnya menuju ruang rapat. Benar saja, semua kursi telah terisi di sekelilingan meja bundar itu. Ia semakin gugup ketika melihat laki-laki berwajah sangar di ujung sana. Duduk berhadapan dengan posisi Jisoo sekarang. Laki-laki beralis tebal itu adalah Presdir baru, putra sulung dari Presdir sebelumnya yang di ketahui sudah pensiun karena ingin menikmati hari tuanya.

Sebelumnya Jisoo belum pernah bertemu langsung. Dan kali ini adalah kali pertamanya bertemu pemuda yang terlihat sangat gagah juga ekslusif di balut oleh setelan rapi dan dasi hitam. Sekilas auranya lebih cocok jadi bos mafia daripada petinggi perusahaan. Apalagi perusahaan yang bergerak di bidang hiburan.

"Selamat siang, maaf saya terlambat karena tadi ada sedikit masalah di jalan." ucap Jisoo memulai pembicaraan. Suasana menjadi lebih tegang. Mereka memang bukan tipe orang yang suka berbasa-basi maka dari itu, terlihat tidak ada yang peduli dengan alasan terlambat Jisoo.

"Kalau begitu, kita langsung pada intinya saja," Jisoo menepuk tangannya untuk menarik perhatian. ia langsung saja menjelaskan perkembangan-perkembangan dan meminta Sekretaris Boo untuk menjelaskan kondisi keuangan perusahaan saat ini yang sebenarnya tidak enak di dengar karena perusahaan sudah menurun drastis. para kepala bagian terlihat getar getir. sementara Presdir muda itu yang terus menatap tajam seolah akan membunuh Jisoo kalau Jisoo mencoba kabur dari masalah.

"Jadi bagaimana kau akan mengatasi masalah ini?" di ujung sana, Presdir bermarga Choi itu mengajukan pertanyaan membuat Jisoo terdiam.

"Kami akan melaksanakan comeback untuk Ren, solois kami, seandainya comeback sukses, otomatis penjualan akan naik." jelas Sekretaris Boo.

"Aku tidak bicara denganmu, aku bicara dengannya." potong Presdir Choi tegas dan masih menatap lurus Jisoo. Sekretaris Boo langsung mundur dan menunduk menyesal sebelum akhirnya duduk lagi di kursinya. sementara Jisoo masih mencoba meneguk ludah. Tatapan tajam Presdir itu membuatnya tercekat.

"Dan apa yang Sekretarismu katakan tadi? 'seandainya'? bagaimana kalau seandainya comeback itu gagal?" tambahnya membuat Jisoo semakin mengatupkan bibirnya.

"Aku mendapatkan laporan juga kalau soloismu itu bermasalah, netizen banyak yang menghujat dan menyebar berita miring tentang dirinya, di saat-saat seperti ini kalian malah mempersiapkan come back untuknya? peluang kesuksesannya Nol, kau tau nol? kosong!" Jisoo mengerenyit ketika si alis tebal itu menggebrak sedikit mejanya.

"Kau harus cari penyanyi baru, yang berpotensi, berkualitas, cerdas, dan good looking, kecantikan alami sedang trend, kau tau itu bukan?"

"Iya saya tau, tapi itu sangat sulit,"

"Sulit? tidak juga, bulan depan, kau harus menemukannya, berhenti bermain-main kalau kau tetap ingin bertahan di perusahaan ini, mengerti?" Jisoo menutup matanya sejenak lalu memaksakan senyumannya.

LoveHateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang