P-A-R-T-Y

721 109 24
                                    

Selepas penampilan debut yang luar biasa sukses. Sosial media perusahaan banjir dengan ucapan selamat dan pujian-pujian untuk penampilan Jeonghan. Video musik Jeonghan mendadak viral dan mencapai 2 juta views dalam semalam. Atas kesuksesan itu Seungcheol menjanjikan pesta di sebuah klub malam yang masih satu kawasan dengan kantor mereka.

"Jeonghan, kau ikut bersamaku saja." Doktrin Seungcheol membuat Mingyu, Seungkwan, dan Jisoo yang mendengarnya membeku. Mereka bertiga saling lirik. Jeonghan sendiri tampak bingung. Ia hendak sekali menolak tetapi karena Seungcheol yang paling berjasa dalam kesuksesannya ia tidak bisa menolak juga.

"Hmm baiklah." Mau tidak mau Jeonghan mengangguk. "Nunaa~" rengek Mingyu yang ikut menumpang di van Jeonghan. Jeonghan menatap geli Mingyu yang terus-terusan menganggapnya kakak perempuan.

"Panggil aku hyung." Sahut Jeonghan.

"Ah hyung kenapa kau tidak ikut kami saja..." rengek Mingyu lagi saat Seungcheol berbalik keluar ruangan. Jisoo menatap Jeonghan sambil menyiapkan barang-barang yang akan di bawa pulang ke perusahaan bersama Seungkwan.

"Kau tau kan kita tidak bisa menolaknya, kita semua bisa mati." Bisik Jeonghan merapikan rambutnya.

"Bahaya kalau kau ikut dengannya." Sahut Mingyu lagi. Jeonghan menatap Mingyu bingung.

"Memangnya kenapa?" Sahut Jeonghan.

"Sajangnim itu suka denganmu."

BRAK.

"Ahh" ringis Jisoo saat koper yang di bawanya jatuh ke kakinya sendiri.

"Hyung!" Seru Seungkwan dan Mingyu bersamaan. Jeonghan ikut panik dan mencoba menyingkirkan koper.

"Neo gwechana?" Tanya Jeonghan mendekati Jisoo. Jisoo menepisnya. "Gwechana." Sahutnya dingin. Jeonghan langsung terdiam. Jisoo menatap tajam Jeonghan. Kalau Jeonghan tidak salah paham, Jisoo tampak kesal dengan dirinya.

Jisoo kembali meneggakkan punggungnya dan membawa koper yang menjatuhi kakinya itu lagi dan keluar dari ruangan. Mingyu membantunya, sementara Seungkwan masih menatap heran ke arahnya. Seungkwan kemudian menatap Jeonghan. "Dia kenapa?" Jeonghan menggedikkan pundaknya.

"Entah, pramenstruasi mungkin?" Sahut Jeonghan. Ponsel Jeonghan lalu berdering. Nama Choi Sajang tertera di layar.

"Aku harus segera, bye." Pamit Jeonghan pada Seungkwan.

"Terus aku?" Tanya Seungkwan entah pada siapa. Jeonghan sudah berlari dan menghilang dari koridor. Tinggal ia sendirian di sana. Dan bingung sendiri.

"Eish" kesalnya.

. . .

Beberapa bulan yang lalu Jeonghan sempat bekerja di tempat ini. Tempat yang bising, minim cahaya, dan memiliki berbagai macam bau yang menyengat seperti alkohol dan rokok yang bercampur parfum mahal. Menyakitkan hidung. Sebenarnya Jeonghan juga tidak suka ke tempat seperti ini. Tetapi, mau tidak mau karena dulu ia tidak punya pilihan lain.

Seungcheol memesan satu ruangan besar yang berada di lantai dua Pub. Ruangan yang cukup nyaman, lebih banyak cahayanya daripada lantai dansa. Ruangan ini biasa di gunakan untuk kalangan kelas atas berpesta secara pribadi. Jeonghan di giring Seungcheol untuk duduk di sebelahnya.

"Kau mau pesan apa?" Tawar Seungcheol pada Jeonghan. Yang lain, sudah menyalakan mesin karaoke dan memilih lagu sesuka mereka.

"Terserah saja. Asal jangan yang terlalu keras alkoholnya." Sahut Jeonghan.

Jisoo duduk cukup jauh dari Jeonghan dan Seungcheol. Ia duduk di sudut bersama Jihoon di sebelahnya yang sibuk memainkan game di ponsel tampak tidak peduli dengan yang lain bersenang-senang.

LoveHateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang