I Found You

521 75 9
                                    

Siwon melonggarkan dasinya saat memasuki kamar. Ia mendesah lelah, desahan yang sudah ia tahan sejak tadi siang. Hari ini benar-benar hari yang panjang. Begitu banyak urusan dan masalah yang harus ia selesaikan. Sebagai pemimpin perusahaan terbesar di negeri ini ia merasa sudah terlalu lelah. Ia harus segera melantik Jonghyun agar Jonghyun bisa menggantikan pekerjaannya sementara ia menikmati masa pensiunnya.

Kemunculan Heechul, membuat Siwon semakin merasa lelah. Heechul memasang wajah masam sambil melipat kedua tangannya di depan dada, di hadapannya. "Apa?" sahut Siwon malas-malasan.

Heechul mendecak kesal. "Aku masih tak habis pikir kenapa kau malah memilih anak itu daripada Minki yang anak kandungmu sendiri!" serunya meluapkan kekesalan. Siwon diam saja memasang wajah datar. Heechul memegang tengkuknya dan mendesah lelah.

"Aishh jinjja, kau ini benar-benar, darahnya bahkan tidak mengalir di darahmu, dia bisa saja menendang keluar kita dari perusahaan karena merasa sudah menguasainya! Pikirkan itu Choi!" bentak Heechul lagi mondar mandir di hadapan Siwon yang duduk di sofa.

Siwon meliriknya malas. Heechul masih mengomel di depannya. Tidak tahan akhirnya Siwon pun berdiri. ia menatap Heechul serius. "Jonghyun sudah seperti anakku sendiri, yang artinya dia juga anakmu."

Heechul menatap tidak suka. "Atau dia memang benar anakmu, anakmu dengan si jalang itu, karna itu kau sangat memanjakannya!" ucap Heechul penuh penekanan. Siwon menggeleng pasrah. Ia sebenarnya malas berdebat sekarang. Apalagi dengan Heechul.

"Ya, aku berharapnya sih dia benar-benar anakku, jadi ketakutan-ketakutanmu itu tidak akan terjadi." sahut Siwon malas. "biar ku beritahu kau alasan mengapa aku lebih memilih Jonghyun untuk memimpin perusahaan dari pada Minki,"

"Apa?"

"Karena Minki tidak bisa bekerja di perusahaan dan anak perempuan tidak pantas memimpin perusahaan." Titah Siwon membuat Heechul diam seribu bahasa. Siwon menatap Heechul serius.

"aku tahu semuanya Heechul-ah, semua akal busukmu, rencana busukmu untuk menguasai harta keluargaku, kau sudah membunuh cintaku, kau juga yang membunuh anak laki-laki ku." ucap Siwon dengan nada sendu di akhir kalimatnya.

"dan aku juga tahu kalau selama ini kau berusaha menolak kenyataan bahwa Minki adalah anak perempuan, hentikan itu Heechul, kau membuatnya tertekan." Siwon mengakhiri perdebatan mereka dan melengos masuk ke kamar mandi. Heechul menggertak gigi dan mengepalkan tangan kesal.

"Rggh!" kesal Heechul membanting vas bunga yang ada di dekatnya. Bayangan kebencian masa lalu kembali menghantuinya. Rupanya masalah ini tidak akan selesai sebelum ia menghabisi semuanya. Ya, semuanya, Heechul harus menghabisi mereka semua, Jonghyun, dan kalau perlu Siwon juga.

. . .

Jeonghan menghampiri Jisoo di ruang kerjanya di kantor. Seperti biasa Jeonghan langsung berselonjoran di sofa empuk yang ada di ruangan Jisoo. Jeonghan menghela napas lelah. Jisoo meliriknya dari balik layar komputer. Jisoo tadinya sedang asik memilah-milah konsep foto untuk pemotretan Jeonghan bersama Ren.

"Padahal kau hari ini tidak latihan menari, kenapa tampaknya kau sangat lelah." Komentar Jisoo. Jeonghan menghela napas lagi,

"Produser pendek itu memintaku mengulangnya sampai berkali-kali." Desah Jeonghan menggeram kesal. Jisoo terkekeh pelan.

"tapi itu demi kesempurnaan lagumu juga," jawab Jisoo. Jeonghan kemudian bangkit dan menatapnya heran. Merasa di tatap seperti itu, Jisoo mengalihkan pandangannya dari layar komputer.

"Apa?"

"Aku jadi teringat kata-kata sajangnim dan produser Lee kemarin." Ucap Jeonghan. Jisoo diam memasang wajah datarnya. Kemarin, secara megejutkannya Jisoo menemukan foto masa kecilnya ada di ruangan Seungcheol. Dan yang lebih mengejutkan Jihoon mengaku bahwa foto itu adalah foto mendiang kakaknya yang hilang dua puluh tahun yang lalu. tahun yang sama dengan tahun di mana Jisoo tersesat dan kehilangan keluarganya. Tetapi Jisoo masih belum mau mempercayainya. Ia tidak siap bertemu keluarga kandungnya. Lagi pula Jisoo masih belum mengingat mereka dengan baik, sama saja rasanya seperti bertemu orang asing.

LoveHateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang