Bukan Kecelakaan

417 57 4
                                    

Seungcheol dan Jeonghan dalam perjalanan mereka menuju kamar Kyeolkyung ketika gerombolan mafia itu datang lagi. Ia melihat mantan ayah mertuanya berdiri di depan kamar Kyeolkyung dengan jas putih andalannya. Seungcheol langsung menahan Jeonghan dan menariknya menjauh dari koridor. Jeonghan memandang heran.

"Ada ap—" Seungcheol langsung menaruh jari telunjuk di bibir Jeonghan. Jeonghan menjauhkannya. Ia berdiri tegak di hadapan Seungcheol sambil berdehem.

Jeonghan mengintip sebentar. Kemudian menghadap Seungcheol lagi. Seungcheol beralih memandangnya ketika mantan ayah mertuanya melangkah masuk ke kamar Kyeolkyung.

"Apa dia akan membawa Kyeolkyung?" kata Seungcheol ketakutan. Jeonghan menggeleng.

"Kurasa tidak, kupikir sebaiknya kau berhadapan langsung dengannya, bicaralah baik-baik." ujar Jeonghan. Seungcheol menatapnya tidak percaya.

"Dia tidak akan pernah mendengarkanku, dia pria bengis," desis Seungcheol. "Dia bahkan membunuh anaknya sendiri..." Jeonghan pun menghela napas.

"Aku tidak melihat yang seperti itu, wajahnya lebih seperti... penuh penyesalan?" gumam Jeonghan. Seungcheol diam.

"Coba saja pikirkan, kalau dia memang ingin mengambil Kyeolkyung, kenapa ia tidak lakukan sejak kemarin? Bukankah ia punya banyak fasilitas untuk itu?" lanjut Jeonghan membuat Seungcheol berpikir bahwa kata-katanya benar juga. Tak lama kemudian Seungcheol menghela napas. Dengan tegap ia keluar dari persembunyiannya.

"Baiklah, aku akan menghadapinya." ucapnya yakin. Jeonghan tersenyum tipis. Saat melangkah menuju kamar Kyeolkyung, salah seorang ajudan mantan ayah mertuanya mengenali Seungcheol. Anehnya mereka malah membungkuk hormat serentak bukannya menyerang Seungcheol.

Seungcheol mengernyit heran dan melirik Jeonghan yang dibalas Jeonghan dengan gedikkan bahu. Di dalam kamar, lelaki tua bersetelan putih itu berdiri di samping kasur sambil menggenggam tangan Kyeolkyung. Ia menoleh dan tampak sangat terkejut melihat kehadiran Seungcheol dan Jeonghan. Terutama Jeonghan.

"Haraboji, itu dia appa dan oppaku." kata Kyeolkyung menunjuk Seungcheol dan Jeonghan. Dengan tubuh bergetar Seungcheol membungkuk dalam. Jeonghan mengikutinya.

"Coups," panggilnya dengan nama panggilan Seungcheol sewaktu masih menjadi anak buahnya. Suasana menjadi sangat canggung. Dua pria itu saling berhadapan melemparkan tatapan tidak percaya. Pak tua bertubuh tambun itu mendekati Seungcheol membuatnya semakin ketakutan.

Ketika Seungcheol mengira Pak tua itu akan memukulnya, Seungcheol sudah siap menutup mata. Tapi ternyata Pak tua itu menariknya ke dalam pelukan hangat. Seungcheol sempat membeku karena keterkejutannya. Namun lama-lama ia membalas pelukan itu dengan pelukan yang lebih hangat meleburkan rasa takutnya.

"Maafkan aku, aku benar-benar berdosa." kata mantan ayah mertuanya dalam bahasa jepang yang tidak dimengerti Jeonghan.

"Tidak, ayah, aku yang salah, kalau saja aku tidak membawa kabur Hana, semua ini tidak akan pernah terjadi." jawab Seungcheol menepuk-nepuk punggung lelaki tua itu.

Keduanya diam, larut dalam perasaan masing-masing. Jeonghan merangkul Kyeolkyung. "Dia cerita apa saja denganmu?" tanya Jeonghan.

"Ibuku, dia bercerita tentang ibuku." jawab Jeonghan.

"Oh, ya?" Kyeolkyung mengangguk semangat.

"Dia bilang ibuku wanita yang cantik dan juga cerdas, tapi susah di atur, mirip sekali denganku bukan?" katanya menunjuk dirinya sendiri. Jeonghan mengulum senyum kemudian ia mencubit gemas pipi Kyeolkyung.

"Terutama bagian 'susah diatur'." goda Jeonghan sambil tertawa geli. Kyeolkyung cemberut tidak suka.

"Oppa!" serunya.

LoveHateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang