Jongki dan Minki

357 52 3
                                    

Jonghyun mengernyit ketika mendengar langkah kaki masuk ke ruangannya. Ia pikir itu perawat atau dokter namun ternyata Ren. Ren berdiri di ambang pintu tersenyum tipis.

"Bagaimana keadaanmu, hyung?" Ren mendekati ranjang Jonghyun. Ia menarik kursi untuk duduk di sampingnya. Jonghyun menunjuk kakinya yang di perban.

"Seperti yang kau lihat." kata Jonghyun. Ren tersenyum lagi. Jonghyun memperhatikannya. Ia merasa aneh dengan sikap Ren. Hanya dengan melihatnya ia tahu Ren seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Hyung sudah sarapan?" tanyanya. Jonghyun menggeleng. Ren melirik makanan rumah sakit memang belum tersentuh. Ia tahu makanan rumah sakit memang tidak enak.

"Aku membuatkanmu kimbap telur, kalau yang ini kau pasti mau kan?" kata Ren. Ren membuka kotak bekalnya di hadapan Jonghyun bekal itu memang terlihat sangat enak begitu juga dengan aromanya. Perut kosong Jonghyun langsung meronta. Padahal tadi ia tidak merasa lapar sama sekali.

Ren memberikan sumpit dengan tangan bergetar. Jonghyun menatapnya heran. Setelah menerima sumpit itu, Ren menyodorkan kotak bekalnya enggan.

"Aku makan ya?" Ren mengangguk pelan. Jonghyun pun menyumpit satu potong kimbab dalam kotak tersebut. Sebelum masuk ke mulutnya tiba-tiba Ren menampik tangannya. Jonghyun terkejut. Tidak hanya sampai di situ, Ren juga menarik kotak bekal itu dan membuang isinya ke tempat sampah.

Ren berdiri memandang tempat sampah cukup lama. Lalu ia menutup wajahnya. "Minki-ya."

"Mianhae hyung..." tangisannya pecah.

"Kemari," panggil Jonghyun lagi. Ren kembali duduk di kursinya. Airmatanya masih deras. Jonghyun menatapnya iba.

"Aku benar-benar minta maaf," kata Ren menunduk.

"Minta maaf? Kenapa kau yang minta maaf?" Ren menatap Jonghyun dengan penuh perasaan bersalah.

"Ini semua perbuatan eommaku hyung, ia yang menyebabkan kecelakaan ini, dan tadi kau hampir memakan racun," Jonghyun diam mendengarkan. "Dia sudah tahu bahwa Jongki masih hidup, dan dia ingin menyingkirkan kalian sebelum appa memindahkan hak waris pada Jongki."

Ia sudah tahu ini pasti perbuatan Heechul. Cepat atau lambat Heechul jelas sudah mengetahui bahwa Jongki masih hidup. Jonghyun mendengus. Dipandanginya kaki yang berbalut perban. Dengan keadaan seperti ini bagaimana bisa Jonghyun melindungi Jongki.

"Aku harus bagaimana hyung? Aku tidak ingin lagi terlibat dalam semua kejahatannya, aku lelah hidup seperti ini, aku tidak bisa menyembunyikan identitasku selamanya, aku ingin jadi diri sendiri, aku ingin berpakaian cantik, memiliki rambut panjang, aku... aku..." Ren tidak sanggup membendung tangisannya. Jonghyun pun menarik tangannya lalu mengusap punggung tangan Ren perlahan.

"Tenangkan dirimu," bisik Jonghyun menyalurkan kehangatan. Ia membiarkan Ren menangis sepuasnya. Ketika tangisan itu mulai reda, Jonghyun mengusap wajah Ren dengan tisu. Ia juga mengelap bagian hidung Ren yang penuh lendir.

"Hyung," desis Ren

"Panggil aku oppa," titah Jonghyun. Ren menggigit bibir.

"O-oppa..." Jonghyun pun tersenyum. Ia mengacak-acak rambut Ren gemas.

"Jangan khawatir, kita pasti bisa menghentikannya, untuk saat ini kau jangan terlalu terlihat melawan, aku butuh kau untuk memberikan informasi." kata Jonghyun.

"Apa aku seperti mata-mata?" sahutnya dengan ekspresi polos. Jonghyun mengangguk.

"Ya, seperti itu." perlahan Ren mengembangkan senyumannya.

Perut Jonghyun tiba-tiba berbunyi. Jonghyun menyentuh perut dan memalingkan wajahnya malu. Ren kembali menatapnya bersalah. "Mianhae... ah, bagaimana kalau aku turun dan mencarikan makanan untukmu?" tawar Ren.

LoveHateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang