Kau Cantik

434 61 3
                                    

Setengah malam Ren gelisah. Akhir-akhir ini Aron, manajer sekaligus kekasihnya itu, rada bertingkah. Mentang-mentang jadwal Ren tidak begitu banyak ia suka sekali hilang seenaknya tanpa kabar. Jika di tanya ia selalu mengelak dan mengatakan sedang sibuk dengan pekerjaan yang lain.

Ren tahu ia berbohong. Ada sesuatu yang ganjil, ia kerap kali mencium bau parfume wanita dari pakaian Aron. Itu sebabnya Ren gelisah. Malam ini ia memutuskan untuk menguntit Aron.

Di balik kemudinya, Ren mengintai Aron yang baru turun dari mobil kawannya. Mobil itu terparkir di depan sebuah klub malam. Kecurigaan Ren semakin menjadi-jadi ketika melihat Aron disambut oleh seorang wanita bergaun malam yang sangat kurang bahan. Wanita itu bergelendot manja dengan Aron membuat Ren naik pitam saja.

Di tengah-tengah kemesraan mereka berdua, Ren sengaja menelpon Aron. Aron tampak hati-hati mengangkat teleponnya. Lalu menjauh sedikit dari wanita itu.

"Halo, sayang." sahutnya dari seberang sana. Ren bisa melihat wanita di belakang Aron mencibir ketika Aron menyebut kata 'sayang'. Ren mencoba menetralkan suaranya.

"Apa kau sibuk?" pancing Ren. Aron menoleh kiri-kanan.

"Iya, lumayan, kenapa?"

"Aku ingin mengajakmu makan malam, bisa kau jemput aku?"

"Maaf sayang, aku sekarang sedang rapat dengan teman-temanku, kami sedang membicarakan proyek besar, aku tidak bisa menemanimu, lain kali saja, ya?" Ren meremas setirnya.

"O-oh... proyek besar ya, baiklah kalau begitu. Aku pergi sendiri saja." ucap Ren akhirnya mematikan ponsel. Aron menyunggingkan seringaian di sebrang sana lalu merangkul wanita tadi masuk ke dalam pub.

Ren menggeram kesal. Bisa-bisanya ia dipermainkan seperti ini. Ren pun turun dari mobil, mengecek penampilannya dan masuk ke dalam pub. Beberapa orang mengenalinya ketika ia menyusuri lantai dansa.

"Bukankah itu Choi Ren? Wahh."

"Sedang apa dia di sini? Bukannya ini pub murahan, bukan levelnya bergaul di sini." kata seorang lagi. Ren tidak peduli. Sekarang yang ia harus temukan adalah Aron.

Di meja dekat bar dan lantai dansa, Aron duduk di kelilingi gadis-gadis dan temannya yang tidak Ren kenal. Ren berdiri di hadapan mereka membuat Aron menegang. Dan orang-orang itu terkejut.

"Ren?" gumamnya cengo. Ren tersenyum manis, ia menatap wanita-wanita panggilan di sekeliling Aron satu persatu.

"Wah, Choi Ren, ayo bergabung." tawar salah seorangnya yang tidak memahami situasi saat ini. Ren mengacuhkannya dan memilih berpaling pada Aron.

"Hyung, sejak tadi aku menelponmu tapi ponselmu tidak aktif, tadi orang dari majalah menelpon dan ia ingin menyampaikan hal penting, sekarang juga." tekan Ren.

"Maaf, ya mengganggu kalian, aku pinjam manajerku sebentar." lanjut Ren lagi. Orang-orang di sekeliling Aron mengangguk maklum dan mempersilahkan Aron mengiringi Ren.

Ren menggiring Aron ke tempat sepi. Sesampainya di sana, Ren mengangkat tangan dan menampar telak pipi Aron. "Proyek besar, heuh?" sindirnya. Aron menatapnya tidak percaya.

"Wae? Kenapa kau melakukan ini padaku? Sudah berapa lama kau seperti ini?" ucap Ren, suaranya bergetar hampir menangis. Aron diam, lidahnya kebas tiba-tiba.

"Jawab oppa!" serunya mengguncang tubuh Aron. Aron melepaskan tangan Ren. Ia menghela napas. Ren menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Karena aku lelah Minki! aku lelah harus berpura-pura! Aku ingin berkencan dengan wanita yang jelas!" bentak Aron. Ren ternganga. Kata-kata Aron benar-benar telah melecehkan harga dirinya. 'Wanita yang jelas' Aron menekankan. Kalimat itu membuat Ren tertampar keras akan kenyataan bahwa ia bukan wanita yang jelas. Ya, wanita mana yang berpakaian seperti laki-laki meskipun jiwanya berteriak bahwa seharusnya ia bisa memanjangkan rambut, memakai gaun-gaun berkilauan atau memakai lipstik merah seperti wanita-wanita 'jelas' yang ada di dalam sana.

LoveHateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang