[2] Bilal

3.8K 164 3
                                    

dua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dua

“GUE mau putus.”

Tangan yang merangkul lengan Bilal mengendur, terkejut atas kata-kata yang Bilal ucapkan dengan enteng.

Gadis dengan paras secantik Ayu Ting Ting itu menatap Bilal tidak percaya. Ia kembali mengeratkan pelukan dilengan Bilal. “Kamu bilang apa sih, Sayang.”

“Putus.” sahut Bilal malas. Terlalu malas untuk membahas topik ini.

Laki-laki itu melepaskan rangkulan Tiara dengan pelan, lalu kembali menatap Tiara dengan raut tegas. “Gue mau putus, Ti. Jelas kan?”

“Apa alasannya?”

Bilal mengangkat bahu, lalu mengeluarkan dompet dari saku, mengambil puluhan uang berwarna merah dan menyodorkannya pada Tiara. “Ini kan yang lo mau? Ambil.”

Tiara mengernyit tidak suka. “Bilal!” bentaknya.

“Kenapa?”

“Lo apa-apaan sih.” dengus Tiara merendahkan suaranya ketika melihat orang-orang disekitarnya menoleh kepada mereka.

“Gue bosen.” ujar Bilal santai. “Gue bosen sama lo. Jadi, ini ambil,” Bilal meraih tangan Tiara dan meletakan uangnya ditangan lentik gadis itu. “Dan jangan muncul lagi dihadapan gue.”

Bilal tersenyum smirk, lantas mengedipkan sebelah matanya pada Tiara. “Bye, babe.

“Brengsek!”

Bilal hanya tersenyum miring sambil berlalu. Ia meninggalkan Tiara ditengah-tengah rencana kencan mereka. Hal seperti ini sangat biasa bagi Bilal. Cowok itu selalu bermain-main jika tentang wanita.

Wanita mengincar uangnya. Dan, Bilal mengincar wanita untuk mainannya.

Impas bukan?

Bilal kembali menampilkan smirk nya setelah keluar dari pusat perbelanjaan. Cowok itu memasuki mobilnya yang sudah berada didepan pintu masuk mall besar itu. Didalam, sudah ada dua temannya yang memang sudah diperintahkan oleh Bilal untuk membawa mobilnya dan menjemputnya jika rencananya berjalan lancar.

“Lo beneran bosen, Bil?” tanya Sandy yang berada dibelakang kemudi.

Bilal mengangguk. “Iya lah, Tiara udah biasa.”

Ridho tertawa mendengar jawaban Bilal. “Anjay, lo gila, man. Biasa gimana maksud lo?”

“Ya cewek biasa bokingan Om-Om.”

“Anjing!” Sandy tergelak. “Ngaco lo.”

“Ya sumpah.” Bilal menoleh kesamping, lalu kebelakang. Menatap kedua temannya itu bergantian. “Nyesel gue.”

“Tapi ngomong-ngomong udah ada mangsa baru belom?” tanya Ridho yang memajukan tubuhnya agar lebih puas mengobrol dengan kedua temannya yang berada didepan.

“Tau deh,” Bilal mengusap-usap keningnya beberapa kali. “Yang ada gue pasti diomelin lagi sama Aina.”

Ridho dan Sandy saling berpandangan.

Ridho berdehem. “Kenapa gak Aina aja?”

“Mata lo!” Bilal sontak menggeplak kepala Ridho keras. “Dia bukan mainan!”

Ridho meringis, sedangkan Sandy tertawa keras melihat Ridho tersiksa.

“Untung bukan gue yang ngomong.” kata Sandy.

“Jadi lo berfikiran buat ngomong gitu?” Bilal menatap Sandy tajam.

Sandy sontak menggeleng. “Kagak, bos. Sumpeh,”

Bilal menghela napas, lalu merogoh sakunya saat merasakan getaran yang berasal dari ponselnya.

“Siapa?”

Shit,” Bilal mengumpat saat melihat layar ponsel yang tertera nama Mama dengan gambar dirinya juga wanita berparas cantik. “Pasti Tiara.”

Ridho menelongok.

“Pasti tuh cewek yang ngelapor kenapa gue gak balik 3 hari.”

“Emang kenapa?”

“Nyokap belom tau gue di skorsing. Yang tau cuman Tiara.”

“Mata gila.” respon Ridho dan Sandy bersamaan.

“Aina tau?” tanya Sandy sambil menoleh singkat.

Bilal menggeleng pelan. Dan tepat ketika panggilan dari Mama berhenti. Satu panggilan lagi masuk dan membuat Bilal mati kutu.

Aina calling...

Kacau dunia.

  ***

ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang