[28] Are you Okay?

1.5K 71 0
                                    

duapuluhdelapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

duapuluhdelapan

SENJA mulai datang ketika Aina memutuskan untuk pergi ke toko kue, menaiki bus setelah selesai belajar diperpustakaan. Cewek itu sampai dihalte dekat toko kue milik keluarga Bilal pukul empat tepat, dan dia bergegas menuju toko dengan warna dominan coklat yang betuliskan Ban's cake. Dimana, toko itu dibuka karena Bani yang sangat gemar dengan segala jenis kue, mempunyai cita-cita memiliki toko kue besar yang membuat Sandra memiliki ide tersebut. Dan bangunan itu sudah atas nama Bani.

Aina selalu berkata, bahwa Bani dan Bilal adalah anak-anak yang beruntung. Dimana mempunyai kedua orang tua yang selalu peduli tentang masa depan anak-anaknya. Sedangkan, Aina? Setiap hari selalu memikirkan, apa esok ia bisa kuliah? Dengan uang siapa?

Maka, ia mati-matian mengejar beasiswa melalui jalur khusus ini. Dimana otak adalah segalanya. Otak adalah nasibnya. Dan usaha adalah caranya.

Bunyi bel didekat pintu berbunyi ketika Aina memasuki toko itu. Semerbak kopi dengan kue yang baru keluar dari oven memasuki indra penciumannya. Dan Aina suka itu.

“Hai,” Aina membuka pintu pendek dekat etalase dan segera meletakan tasnya diloker karyawan. “Gue telat ya?”

Anisa yang masih membuat segelas kopi pun menoleh sebentar sebelum melanjutkan pekerjaannya. “Gak papa kok, udah lo kedepan aja dulu, gantinya ntar.”

“Oh, oke-oke.” Aina segera berlari kecil menuju meja kasir.

“Mbak, saya mau ambil pesenan kue ulang tahun. Yang kemarin,”

Aina yang diajak bicara pun menggaruk pelipisnya sedikit bingung. Kemarin yang mana? Dia saja kemarin tidak masuk kerja karena menemani Sandra mencari tempat les untuk Bani.

“Iya, dek, atas nama siapa ya?”

Siswi SMP itu menoleh kebelakang pada temannya yang tengah mengobrol dimeja nomor delapan. Bertanya pertanyaan yang sama seperti yang dikatakan Aina.

“Oh, Rian, Kak.” jawab adik itu dengan cengiran lucu, mendengar kata mbak diubah menjadi kak. Aina tersenyum geli.

“Tunggu sebentar ya.”

Aina melangkah mendekati lemari pendingin, lalu meneliti satu persatu kue tart didalam lemari pendingin itu. Ketika matanya menangkap nama Rian pada kue blackforest dengan bentuk sederhana dibagian bawah. Ia segera mengambilnya dengan hati-hati.

“Bener yang ini?”

Siswi itu mengangguk. “Iya, Kak. Ini uangnya.” jawabnya sembari menyodorkan dua lembar uang seratus ribuan.

ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang