[13] gara-gara Ika

1.6K 82 0
                                    

tigabelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tigabelas

SEMUA anak didalam kelas bergegas keluar setelah Ira selesai berkata. Mengatakan bahwa Ika ketahuan membolos. Jadi, Ika tidak berangkat hari ini karena membolos? Bukan karena terlambat ataupun sakit? Ika memang sering tidak masuk kelas karena sering sakit, sehingga anak-anak kelas tadi menilai Ika sakit saat belum terlihat dijam pertama.

Aina menghela napas lewat mulut saat berhenti dilapangan. Ia bisa melihat Ika dan Bilal didepan tiang bendera, berdiri dengan ceramah yang keluar berkali-kali dari mulut guru BK sekolahnya yaitu Pak Arman dan Bu Dita.

“Kamu juga, Rantika! Kamu anak kelas khusus. Saya tidak menyangka. Oh, atau jangan-jangan kamu pacaran ya sama anak bandel ini!” Bu Dita berkata dengan wajah memerah, guru itu jelas kecewa. Selama sejarah kelas khusus disekolah ini, tidak ada satu pun murid bermasalah dengan guru BK kecuali hal-hal sepele seperti lupa membawa topi upacara ataupun tidak memotong rambutnya saat sudah gondrong.

Aina bisa melihat Bilal menunduk sambil mencibir beberapa kali, dia juga bisa melihat Ika nampak biasa saja dimaki-maki oleh Bu Dita yang masih berapi-api.

Bisik-bisik disekitarnya membuat Aina diam, diam-diam menyimak maksudnya.

“Kayaknya Ika penggantinya Tiara deh, Bilal gak mungkin ajak cewek yang gak dikenal bolos.”

“Denger-denger Ika yang ngajak bolos.”

“Bukannya Bilal deket sama anak baru dikelas khusus? Siapa namanya? Aina?”

Aina reflek melengos, lalu menjauhkan diri dari anak-anak yang menggosip barusan. Gadis itu maju kedepan, didekat Riko yang tengah menatap Ika dengan raut tidak percaya.

“Rik,” Aina menyentuh seragam Riko. Riko terkesiap, lantas menoleh.

“Sejak kapan disini?” tanya Riko pelan.

“Barusan.”

“Itu Bilal,” kata Riko menunjuk Bilal. Aina hanya mengangguk, walaupun dalam hati sedikit kecewa melihat sahabatnya itu melanggar peraturan. Saat SMP Bilal tidak pernah bolos, dia juga tidak dikenal sebagai anak nakal. Namun, saat Bilal pindah kesini, Aina selalu mendapat kabar bahwa Bilal nakal disini, walaupun Bilal tidak pernah berkata langsung padanya.

Aina menghela napas, padahal baru kemarin Bilal bebas dari masa skorsing.

“Mau kamu apa, Bilal?! Panggilan orang tua sudah sering!” ucap Pak Arman berapi-api. “Kamu sudah melampaui batas Bilal. Apa kamu mau dikeluarkan dari sekolah?!”

ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang