[6] dikantin

2.4K 101 4
                                    

enam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

enam

HARI pertama Aina disekolah.

Gadis dengan rambut terkucir satu melangkah dibelakang guru dengan model rambut bob menuju salah satu kelas yang berada dipaling pojok lantai atas. Bersebelahan dengan ruang musik, juga gedung seni. Ruang kelas yang dengan sengaja diletakan dalam kondisi yang tenang agar anak-anak disana mudah fokus.

Kelas yang siswa-siswinya berisikan anak-anak transfer-an dari berbagai kota karena otaknya itu disebut kelas khusus.

Dan, Aina siswi beruntung dari Surabaya yang di transfer kesekolah ini dan menjadi anggota anak-anak khusus disini.

Gadis itu menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya untuk menghempas rasa gugup.

“Santai saja, Aina. Anak disini tenang-tenang kok, walaupun persaingannya lumayan ketat.” kata guru itu ketika berhenti didepan kelas yang pintunya masih tertutup.

Guru wanita yang kerap kali dipanggil Bu Devi itu segera memasuki kelas saat Aina membalas ucapannya dengan senyumannya.

“Selamat pagi anak-anak.”

“Pagi...” jawab mereka serempak sembari menutup buku masing-masing dan menatap kedepan.

Baru seperti itu pun, Aina sudah berdecak kagum dibuatnya. Hampir semua murid mengenakan kacamata, namun tetap ada beberapa yang tidak memakai dan memilih meletakan kacamata itu diatas meja.

“Karena ibu gak mau basa-basi. Jadi, kalian pasti mengerti jika ibu kesini membawa murid baru. Dia adalah Aina. Aina Delisa, murid pindahan dari Surabaya. Jika ada yang akan ditanyakan, nanti kalian tanyakan saja pada Aina.”

“Iya, Bu.” jawab mereka lagi dengan serempak.

Aina tersenyum puas melihat hal itu, membayangkan ia menjadi salah satu personil murid-murid hebat disini.

“Baik, ibu permisi.”

Bu Devi langsung keluar. Dan, Aina segera menuju tempat duduknya yang berada dipaling belakang. Cewek itu memberengut sambil melangkah. Dia benci duduk dibelakang.

Sebelum duduk, cewek itu menyisir keadaan kelas yang hening. Anak-anak kembali fokus membaca buku-buku setebal kamus bahasa indonesia. Namun ada beberapa yang membaca buku paket juga catatan masing-masing.

Bola matanya terpaku tepat dibangku paling depan. Cowok dengan kacamata itu membaca catatan sekecil sticknote sambil beberapa kali memejamkan mata sambil berkomat-kamit menghafalkannya.

ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang