[44] Serius itu sulit

1.7K 92 0
                                    

Apapun yang kamu fikirkan tentang rasaku. Pada intinya, perasaanku lebih dari kata. Lebih dari kalimat ungkapan yang selama ini ku ucapkan. Dan mungkin, rasaku setara dengan titik air yang jatuh dari langit kala musim hujan datang.
Karna yang ku rasakan, rasaku padamu memang senyata itu.
-Sabilal

empatpuluhempat

RIDHO tengah memasuki baju-bajunya kedalam ransel saat Bilal keluar dari kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RIDHO tengah memasuki baju-bajunya kedalam ransel saat Bilal keluar dari kamar mandi. Rambut gondrong cowok itu terlihat berantakan karna baru terbangun dari tidurnya.

"Mandi kek, habis itu sholat. Jadi orang bener ngapa." kata Ridho ketika melihat Bilal malah menghempaskan tubuh lagi kekasur.

"Brisik lo, kayak hidup lo bener aja."

Ridho mendecih, lantas berjalan mendekati jendela.

"Kayaknya baru kemaren liburan, dah. Besok udah berangkat aja." kata Ridho ketika melihat kondisi diluar dan ternyata masih hujan.

"Eh, Indro didepan, Bil." sambung Ridho yang baru ingat sesuatu kenapa ia membangunkan tidur Bilal malam ini.

"Lah ngapain dia malem-malem kesini?"

"Gak tau. Nangis dia. Katanya nelpon lo gak diangkat, jadi dia nelpon Sandy."

"Astaga, hape gue silent terus gue kan molor." ujar Bilal menyugar rambutnya.

"Kenapa sih dia?" tanya Bilal setelah bangkit berdiri.

"Ntah. Dibawah dia kayaknya dah sama Sandy. Gue mau beres-beres dulu, kalo udah reda gue mau balik."

Bilal mengangguk mengerti, lantas segera keluar dari kamar untuk menemui Indri yang katanya datang dalam kondisi tidak baik itu.

Saat Bilal datang. Indri sudah tidak menangis, hanya matanya yang sembab dan hidungnya memerah. Raut wajah cewek itu pun terlihat cemas, tangannya tak lepas dari ponsel seolah ia tengah berbalas pesan dengan seseorang yang semakin membuatnya panik, dan pergerakan kaki Indri memperlihatkan bahwa gadis itu benar-benar tidak tenang.

"Lo kenapa, Ndro?" tanya Bilal singgah disebelah gadis itu.

Sandy yang sudah menyadari kehadiran Bilal pun bergegas bangkit. "Sama Bilal ya, Ndro. Gue mau mandi, lo kan yang protes gue bau tadi."

ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang