[30] Bilal sembuh

1.4K 83 0
                                    

tigapuluh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tigapuluh

BUNYI nada dering sekaligus getaran diatas nakas membuat Aina tersentak dari tidurnya. Selimut masih menutupi tubuhnya sempurna, hingga rambutnya pun tidak terlihat jika cewek itu tidak langsung menyibak selimutnya. Kebiasaan bangun pagi karena panggilan telfon membuat ia tidak bisa mengilah ataupun memilih kembali tidur. Karena bagi Aina, jika panggilan itu belum diterima, panggilan itu tidak akan usai.

Dengan gerakan meraba, Aina akhirnya menyentuh benda persegi panjang yang bergetar hebat itu. Setelah menjatuhkan buku yang langsung membuatnya membuka mata.

“Aaah,” Aina meringis, sambil memegang pelipisnya dan merubah posisinya menjadi duduk ketika kepalanya terasa pusing.

Jemarinya langsung mengusap tombol hijau untuk menerima panggilan, lalu menempelkan benda elektronik itu dipipi.

“Halo?”

Good morning!”

Teriakan itu membuat mata Aina menyipit, berfikir ringan. Dahinya terlipat, dan sesaat kemudian ponselnya sudah berada didepan wajahnya. Membaca sederet nama yang Aina ubah beda seperti nomor cowok itu sebelumnya: Sibalil.

“Apaan sih teriak-teriak?” keluh cewek itu malas, ia fikir setelah tinggal di Jakarta, dia tidak akan diganggu dengan panggilan Bilal setiap paginya. Tetapi, ternyata sama saja. Jika weekend tiba, cowok itu tetap menjadi pengganggu pagi Aina.

“Na, lo liat ke jendela deh?”

Aina mendesah malas, menguap kecil dan menjatuhkan kakinya keatas lantai. “Ngapain?”

“Cepet.” suruh Bilal lagi dengan nada suara tidak sabaran.

Aina yang belum sepenuhnya melek pun hanya menghela napas pendek, mendekati jendela setelah melirik jam didinding yang menunjukan pukul setengah tujuh pagi.

“Haloha, Aina...”

Aina mengernyit dalam saat melihat Bilal yang tengah berdiri dihalaman rumah, tepat dibawah balkon kamarnya. Dengan kepala terdongak juga tangan melambai berkali-kali. Dan yang semakin membuat cewek itu heran adalah, Bilal bisa loncat-loncat.

Aina tersadar sepenuhnya ketika melihat keadaan Bilal yang jujur membuat cewek itu lega dan terkejut sekaligus.

“Bil, lo...”

Bilal mengangguk mantab disana. “Ainaa...”

Aina tidak bisa menahan diri untuk tidak  tertawa, tangan kanannya yang terkepal berada didepan bibirnya yang tidak mampu menahan senyumnya yang bertambah lebar. Cewek itu gemas dan juga terharu karena akhirnya, beban didada dan bahunya hilang sudah ketika melihat kondisi Bilal yang membaik.

ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang