[38] Menghilang

1.6K 95 3
                                    

Kamu selalu cerdas dalam segala hal. Termasuk dalam hal meninggalkanku.
-Bilal

tigapuluhdelapan

AINA baru menyadari jika matanya begitu sembab karena terlalu lama menangis, padahal, saat ia masih di Bandung tadi, ia tidak menangis selama itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AINA baru menyadari jika matanya begitu sembab karena terlalu lama menangis, padahal, saat ia masih di Bandung tadi, ia tidak menangis selama itu. Ia hanya merasa tidak terima dan tidak percaya bahwa kenyataan menyakitkan itu hanya berlalu dalam hitungan jam saja.

Aina bukannya tidak ingin mengakui. Hanya, ia juga merasa aneh dengan dirinya sendiri. Gadis itu memang sering sekali menangis dihadapan Bilal, bahkan dipelukan cowok itu. Namun, kejadian malam ini berbeda dengan kejadian-kejadian yang lalu. Tadi siang, saat ia masih berada di Bandung, segala emosi yang tertimbun didadanya masih mampu ia tahan. Bahkan, untuk keluar pun tidak mungkin. Aina cerdas dalam hal itu.

Didekat Riko pun, Aina bisa menahan emosinya dengan rapih. Gadis itu masih bisa berlaku baik-baik saja.

Tapi, berfikir lagi. Kenapa ia selemah itu didepan Bilal? Ia merasa es dihatinya langsung cair ketika melihat ekspresi cemas Bilal malam ini. Sehingga membuat segala emosinya timbul tanpa hambatan.

Dan, hebatnya. Aina merasa sangat tenang menangis dipelukan sahabatnya itu.

Aina fikir, itu hanya naluri seorang sahabat dengan sahabatnya sendiri. Tapi, Aina tetap merasa aneh.

Kenapa ia selalu ingin menghubungi Bilal jika ia berada dalam kondisi tidak baik?

Aina menghela napas, membuyarkan lamunannya dengan sengaja. Enggan membuat kepalanya lebih berat dengan memikirkan hal-hal seperti ini.

Tentang Ayahnya, Riko, bahkan omongan Oma sudah memenuhi kepala. Kenapa ia malah membuat kepalanya makin penuh?

Ia ingat ucapan Oma sebelum dirinya pulang ke Jakarta. Ia harus memikirkannya. Tapi, malah ia memikirkan Bilal.

Aina mengingat ucapan Omanya.

Kamu masuk kelas khusus?”

“Iya, Oma. Baru semester satu ini.”

“Oma berharap, kamu masuk kelas akselarasi? Oma dan Opa sudah tua, Sayang. Kita tidak mungkin jika harus memegang perusahaan dalam waktu yang lama. Dan, Opa mu tidak dapat mempercayai orang mana pun kecuali darahnya sendiri.”

ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang