[27] Gelisah

1.5K 76 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


duapuluhtujuh

"GUE udah dua kali ketempat ini, dan baru kali ini gue bisa liat tempat ini se-detail ini." kata Ika sesaat sebelum duduk disofa.

Mereka tengah berada di basecamp. Hanya berdua.

"Lo kebanyakan pake 'ini'." kata Bilal menyahuti, ia masih sibuk didapur, mengambil beberapa snack dan minuman cola.

"Yee, gue kagum kali," ucap Ika lagi sambil meneliti kesekitar. "Lo yang nge-desain begini absurdnya?"

"Bukan," jawab Bilal sembari membawa bawaannya kearah Ika. "Gue sama temen-temen gue lebih tepatnya." lanjutnya setelah meletakan bawaannya keatas meja.

"Cuman gue, Ridho sama Sandy sih." katanya lagi yang kini sudah menyodorkan kaleng cola yang sudah ia buka kan penutupnya.

"Thanks you." jawab Ika menerima minuman itu, lalu meneguknya sedikit.

"Gue boleh tanya nggak, Bil?"

Bilal yang masih meneguk minumnya pun hanya menaikan kedua alisnya.

"Gue cuman heran sih, bukan berniat tanya banget. Tapi kalo lo jawab sih artinya gue emang tanya," ujar Ika dengan kekehan.

Bilal hanya tersenyum samar. "Lama amat dah, cuman tanya juga." katanya sembari membuka bungkus snack kejunya.

Ika terkekeh lagi. "Temen lo cuman dua? Bukan, bukan, maksud gue bukan gitu. Maksud gue lebih ke...." Ika menjeda berfikir. "...ke lo kok bisa seawet itu sama temen-temen lo."

Bilal yang mengerti maksud ucapan Aina pun tertawa pelan. "Ribet ya lo," cibirnya masih menyengir lebar. "Suatu saat lo bakal sadar kok mana temen yang baik buat lo dan yang gak baik buat lo. Kalo lo, nemu temen yang selalu ada buat lo disaat lo jatuh ataupun lo berdiri dengan tegaknya bahkan tingginya... lo bakal awet sama temen lo itu."

"Sebenernya bukan gue yang bikin awet, tapi apa ya... rasa pertemanan yang kuat mungkin? Sampis, sok bijak banget gue," Bilal tertawa renyah, lalu menggaruk pelipisnya sedikit malu. "Ya lo pasti bakal ngerti kalo lo dapet temen yang cocok buat lo."

Ika mengangguk mengerti, walaupun wajahnya kini masih menunjukan kegelian akibat penjelasan Bilal yang kelewat berlebihan padahal awalnya Ika hanya ingin tahu sudut besar saja. Tak sampai sejelas itu.

"Okay, gue ngerti," sahut Ika ikut memasuki snack keju itu kedalam mulut.

"Lo sendiri?" tanya Bilal menatap Ika. "Lo sendiri gimana sama temen-temen lo?"

ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang