[10] Malam dihalaman rumah

2.1K 101 0
                                    

sepuluh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sepuluh

“TANTE!!! Ina kesel! Ina gak mau ketemu Bilal lagi. Tanteee!” Aina berteriak keras setelah memasuki rumah dan menghempas tubuhnya disofa. Kedua tangannya terkepal disisi tubuhnya, matanya terpejam saat berseru, ia hampir menangis karena kesal.

Iya, Aina masih kesal dengan Bilal karena kejadian dikantin tadi. Membuat cewek itu men-diami Bilal habis-habisan dan memilih pulang lebih dulu diantar oleh Ira.

Sandra, yang masih sibuk didapur. Sibuk memberitahu menu apa saja kah kesukaan Aina yang notabene nya orang baru dirumah ini, kepada pembantu rumah tangga yang dikhususkan bekerja didapur. Tiba-tiba terpekik dengan suara nyaring Aina dari arah depan.

“Astaghfirulloh, anak wedon.” pekiknya kaget. “Inget ya mbok, Aina alergi sama udang.”

Wanita yang dipanggil Mbok itu mengangguk mengerti.

Sandra lantas menuju depan, menghampiri Aina yang kini ternyata sudah menangis.

“YaAllah, anakku. Kenapa toh kok nangis?” Sandra datang, memeluk Aina dan mengusap-usap pipi Aina pelan. “Bilal nakal ya?”

Aina mengangguk. “Aina kesel, Tan. Aina sebel.”

“Iya-iya-iya.” kata Sandra sambil mengangguk-angguk. “Aduh gimana ya Bilal biar gak nakal. Apa itu penyakit ya? Apa harus diberobatin kali ya, ndo?”

Aina menggeleng pelan, lalu mengusap pipinya yang basah. Sandra melepas pelukannya, menatap Aina lamat-lamat. Aina itu bukan anak yang lemah, tidak cengeng. Tapi, kenapa gadis itu menangis saat ini? Apa Bilal benar-benar nakal dengan Aina?

“Aina... mau pindah nge-kos aja?”

Pertanyaan Sandra membuat Aina diam, gadis itu menatap Sandra lamat-lamat. Melihat ekspresi Sandra yang berubah tidak enak hati karena anaknya yang membuat Aina menangis disiang bolong.

Aina reflek menggeleng.

“Bilal nakal loh, Ina.”

Aina menggeleng lagi mendengar ujaran Sandra.

Sandra menghela napas. “Ganti baju, ndo. Ntar biar Tante yang marahin Bilal. Aina mau kemana habis ini? Kita jalan-jalan ya habis jemput Bani.”

Aina menarik napas, lalu menghembuskannya. Cewek itu bangkit, namun terdiam saat melihat Bilal melangkah mengendap-ngendap kearah tangga. Seolah takut menjadi bulan-bulanan Tante Sandra yang pasti akan mengomelinya.

ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang