[16] satnight or shitnight?

1.6K 84 0
                                    

enambelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

enambelas

BILAL menyisir rambutnya kebelakang berusaha membuat rambutnya tertata rapih, walaupun dua detik setelahnya cowok itu mengacak-acak rambutnya dengan alasan tidak cocok. Niat awal yang ingin terlihat rapih ia hempas jauh, dan memilih berpenampilan apa adanya untuk keluar sore ini. Rambut tak rapih, jeans panjang berwarna hitam juga kaus putih polos berlengan pendek.

Bilal segera keluar setelah mengambil ponsel yang ia charge dikamar Aina. Aina tidak dirumah, ia memulai bekerja hari ini, dari pulang sekolah hingga pukul tujuh malam. Itu lah mengapa Bilal mensetujui ajakan Ika yang mengajaknya keluar dengan alasan akan mentraktir Bilal karena masih merasa bersalah dengan kejadian beberapa hari yang lalu.

Dan, ini malam minggu. Aina tidak dirumah. Bilal pasti merasa bosan. Memilih keluar dengan Ika bukan lah pilihan yang salah untuk menghilangkan rasa jenuh. Walaupun Bilal berjanji akan mengantar gadis itu pulang pukul 7 malam. Cowok itu enggan membawa gadis polos berhijab itu pulang hingga malam. Bilal tidak se-brengsek itu. Dalam hal main-main dengan wanita itu ada type nya sendiri. Dan, gadis macam Ika bukan lah sasarannya. Ika terlalu baik untuk itu.

“Mau kemana, Bilal? Tumben bawa motor?”

Bilal yang akan menaiki motor menoleh kearah teras. Sandra disana, tengah menyesap teh hijau dengan tab diatas paha. Pasti Mama nya tengah belanja online sambil menunggu Tomi pulang kerja. Alasan Sandra lebih banyak menghabiskan waktu dirumah adalah Tomi. Ayah dua anak itu sangat protektif. Ia sering melarang istrinya keluar rumah jika tidak ada kepentingan juga jika keluarnya bukan dengan sang suami. Istrinya muda dan cantik, dan Tomi tidak ingin Sandra menjadi bahan godaan lelaki belang diluar sana. Maka dari itu Tomi membuat segala fasilitas ada didalam rumah, pembantu rumah tangga yang banyak pun menjadi pilihan Tomi agar istrinya tidak kesepian. Karena Sandra pun memilih pembantu dengan umur yang muda-muda.

“Main.” jawab Bilal menaiki motor besarnya, yang baru tiga kali ini keluar kandang. Karena Bilal terkadang malas menggunakan motor dengan alasan, ntar kehujanan ntar kepanasan.

“Pulang malem?” tanya Sandra yang sudah berdiri.

Bilal yang tengah mengenakan helm nya pun mengangguk. “Iya, sekalian jemput Aina.”

“Eeh, tunggu,” Sandra berlari mendekat, lalu menahan tangan Bilal yang akan memutar kontak. “Kalo pulang malem bawa jaket.”

“Ah, tanggung, Ma. Udah mau berangkat ini.”

“Mau hujan Bilal!”

“Bilal strong sama hujan.”

“Kamu strong, Aina enggak. Kalo Aina kehujanan bisa sakit terus gak fokus belajar. Kamu pake jaket ya, Sayang? Kalo hujan ntar pinjamin Aina. Kamu kan strong.

ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang