[15] jangan sampai goyah!

1.8K 76 0
                                    

limabelas

AINA berangkat pagi-pagi, meninggalkan Bilal yang masih molor karena semalem tidur kemaleman. Juga memilih berangkat pake ojek yang udah standby didepan kompleks buat anterin orang pasar tapi Aina bayar lebih dulu buat anterin kesekolah.

Karena semalam dia keasikan becanda sama Bilal, dia jadi lupa kalo hari ini ada ulangan Fisika. Dan dia harus bikin alarm jam 2 pagi dan bangun untuk belajar beberapa jam, sampai akhirnya dia ketiduran dimeja belajar jam setengah 4 subuh. Lalu gadis itu kebangun saat adzan subuh berkumandang, setelah sholat dan mandi dia bersiap berangkat sekolah dan cuman sempet pamit sama Sandra yang lagi mandiin Bani yang masih merem melek.

Aina menarik napas lalu menghembuskannya perlahan, angin pagi memang segar tapi rasanya cewek itu gak bisa segar karena kurang tidur.

Aina pun memasuki kelas yang kosong, duduk dibangkunya dan segera mengeluarkan buku paket Fisika juga catatan yang semalam sempat ia rangkum walaupun sedikit. Dengan beberapakali melebarkan matanya, gadis itu pun bergumam agar ia fokus.

Bismillahirohamnirohim..” gumamnya sebelum memulai belajar.

Dia masih fokus belajar sampai akhirnya satu siswa masuk kekelas dan ngeliat Aina heran. Aina cuman ngelirik sekilas. Gusti. Yang kata Ira adalah cowok introvert yang mati-matian berusaha mengalahkan nilainya Riko yang selalu mendapat nilai tertinggi dikelas. Dan Gusti pun selalu mendapat nilai dibawah Riko, selalu menjadi nomor dua.

Mengetahui bahwa Gusti introvert, Aina memilih tak menyapa cowok itu. Apalagi ketika Gusti langsung duduk dikursinya dan belajar, seolah-olah dikelas itu tidak ada siapa-siapa selain dia. Aina langsung merutuk dan bersumpah tidak akan menyapa seorang Gusti!

CTING.

Aina melirik ponsel disebelah buku paketnya dan mengusap layarnya.

“Bukannya peraturannya hape harus mode silent ya kalo didalem kelas?”

Aina menoleh pada Gusti yang bersuara dengan nada jengkel. “Sorry, lupa.”

Gusti tidak menyahut lagi, kembali melanjutkan belajarnya. Aina menghembuskan napas lewat mulut, harus ekstra sabar menghadapi cowok judes kayak Gusti.

Riko Genio added you as a friend

Riko Genio : Na gue deket rumah lo nih, mau bareng ngga?

Aina menghela napas sambil mengembungkan pipinya. Lalu membalas pesan Riko seadanya.

Aina : gue udah berangkat, Rik

Riko Genio : oh oke

Setelah membaca itu, Aina kembali meletakan ponsel setelah mengubah mode ponselnya menjadi silent.

Namun, getaran diatas buku itu kembali menarik ekor mata Aina untuk melirik. Kenapa segala hal tentang Riko membuatnya penasaran?

Riko Genio : lo suka nasi uduk atau sandwich aja?

ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang