[5] murid skors

2.7K 134 0
                                    

lima

BILAL sedang mencopot charge dari ponselnya ketika Sandra masuk kedalam kamarnya.

“Cepet, Bilal, ini hari pertama Aina.”

Bilal segera mengantongkan ponselnya dalam saku. “Kaos kaki yang baru mana?”

“Ya kamu yang beresin kok.” Sandra mengambil keranjang berisi baju kotor milik Bilal ketika menjawab. “Ini masih baru bukan?”

Bilal menggeleng ketika Mamanya menunjukan sepasang kaos kaki dari keranjang. “Bukan.”

Sandra mengangguk-angguk. “Ini dilemari putih paling bawah.”

Bilal mengangguk, lantas melangkah menuju lemari untuk mencari kaos kakinya.

“Cepet ya!”

Bilal hanya bergumam sebagai jawaban. Dengan cepat mencari sepasang kaos kaki dilemari. Cowok itu segera keluar dari kamar ketika sudah menemukan kaos kaki itu.

Ketika ia sudah keluar kamar dan menutup pintu. Senyum jahilnya terbit ketika melihat Aina keluar dari kamarnya yang berada tepat disebelah kamar milik Bilal. Cewek itu dengan santai keluar dengan buku ditangannya, Aina nampak fokus membaca buku itu. Padahal ini hari pertama, untuk apa coba belajar? Kayak udah tau materinya apa aja.

Bilal berdecih dalam hati. Lantas mengikuti Aina diam-diam. Ketika kaki Aina akan menginjak anak tangga paling awal. Bilal dengan sengaja menarik kerah belakang seragam Aina sehingga ia sekarang seperti anak kucing.

Aina kaget, melotot dan teriak histeris. “Mama!!”

Bilal ketawa ngakak. Sandra yang masih nuangin susu kedalam gelas pun menelongok kaget.

“Bilal!” Aina teriak keras. “Lepasin woi!”

Bilal ketawa-tawa, terus lepasin tangannya sehingga membuat Aina tersentak saat kaki kirinya menapak ubin.

“Tai lo ya.” Aina melotot, ia memegang dadanya yang kini jantungnya berdetak tak normal. “Gue kaget.” cewek itu mengambil bukunya yang jatuh.

Bilal masih ketawa. “Abis lo serius banget sih. Lo lewatin gue gitu aja. Lo kira gue apaan.”

Aina hanya menghela napas kasar, lalu turun begitu saja tidak menghiraukan Bilal yang masih tertawa.

“Kenapa sih, ndo? Pagi-pagi mukanya udah  kelipet.” tanya Sandra ketika Aina sudah duduk dimeja makan.

“Bilal, Tante. Rese banget yakin.”

Tomi, Ayah Bilal melirik putranya yang sebagai tersangka itu sinis. “Kamu itu jangan bikin ribut, Bilal. Masih untung Aina mau disini, dinakalin aja. Udah gede, berubah.” Tomi melipat korannya, lalu meletakannya disebelah kopi yang baru saja dituangkan oleh Sandra.

Bilal yang baru saja datang langsung duduk sambil cengir-cengir. “Bilal gak nakal kok, Pa.”

“Iya, tapi reseh.” sahut Bani cuek.

Aina melontarkan jempol pada anak laki-laki itu.

“Diem lo bocah.” Bilal mengusap kepala Bani pelan, namun lama-lama jadi cepat. Bikin Bani kesel dan akhirnya nusuk pinggang Bilal yang bikin cowok itu kaget karena geli.

ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang