[48] Aina dan Bilal (Terakhir)

3.3K 131 18
                                    

Bahagia itu bukan tentang 'aku dan kamu' itu apa. Tapi tentang saling percaya dan bahagia tanpa memikirkan tentang 'aku dan kamu' itu apa.

-Aina & Bilal

empatpuluhdelapan

"NIS, gue ganteng nggak?"

Anisa mengernyit ketika tengah membuat secangkir coffe latte namun malah mendapat pertanyaan konyol dari Bilal.

"Kenapa sih, Mas? Gajelas banget."

Bilal berdecak jengkel, lalu kembali merapihkan rambutnya yang lebih rapih dari biasanya, ia pun tidak mengenakan kaos seperti biasa, kini ia mengenakan kemeja flanel merah maroon yang nampak serasi dengan kulit putihnya juga celana jeans warna hitam.

"Gue tanya serius, Nis," Bilal mengetok meja kasir, bermaksud menyadarkan Anisa bahwa dirinya benar-benar butuh jawaban.

Anisa menghela napas, lalu meletakan gelas berisi minuman buatannya diatas nampan lalu memberikannya pada pegawai yang lain.

"Meja nomer 5 ya."

Pegawai berjenis kelamin laki-laki itu mengangguk paham. Sedangkan, Anisa kembali berpaling pada anak dari bosnya itu.

"Apa sih, Mas? Gak jelas sumpah."

Bilal menghela napas. "Gue tanya gue ganteng nggak? Bagian mana yang gak jelas coba."

Anisa menahan tawa sebentar, lalu memperhatikan Bilal lamat-lamat. "Emang kenapa sih, Mas?"

Bilal mendesah kasar mendengar pertanyaan Anisa. Padahal sebelumnya ia tengah serius menunggu jawaban dari cewek itu, tapi Anisa malah balik bertanya, bukan menjawab.

"Yaudah lah gak usah dijawab. Gue ganteng tetep aja ganteng, ya kan?"

Anisa menggeleng dua kali. "Stress banget sih, Mas. Lagian ngapain coba disini pake baju serapih itu? Tumben."

Bilal nyengir mendapat komentar dari Anisa yang ikut heran dengan penampilannya. "Yaudah lah gue kan cuman pengen keliatan ganteng."

"Eh, Aina tuh!"

Bilal yang sebelumnya tengah menaik-turunkan alisnya jenaka pun langsung berpaling kedepan. Ia menyengir makin lebar ketika melihat Aina berdiri dikaca jendela toko kue dengan ekspresi malas.

"Gue cabut dulu yap." pamit Bilal melangkah pergi dan menghiraukan pertanyaan Anisa yang heran kenapa Aina tidak mampir dulu kedalam.

"Oit," Bilal mencubit pipi Aina ketika sampai didepan cewek itu.

"Apa sih lo, ngeselin. Gue capek tau, malah disini!"

Bilal mengernyit mendapat respon seperti itu. "Lah kan gue udah chat kalo gue disini."

"Pantes, hape gue lobet soalnya." jawab Aina melengos malas, lalu menyodorkan jaket hitam yang hampir sama dengan yang dikenakan Aina saat ini. "Nih, disuruh nyokap lo."

Bilal menerima jaket itu, lalu menatapnya beberapa detik hingga tidak sadar bahwa Aina sudah melangkah pergi.

"Eh, Ainot, lo dapet jaket ini darimana dah? Kok samaan kayak lo?" tanya Bilal mengejar gadis itu.

ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang