[7] nama dia Riko

2.9K 123 0
                                    

tujuh

MAKAN siang Aina ketunda gara-gara Bilal yang mulutnya gak bisa dijaga dan ngebuat nafsu makannya hilang.

Jadi, gadis itu dengan pasrah kembali kekelas. Dengan Ira yang nampaknya juga kesel sama Bilal, bukan nampaknya sih, emang udah kesel.

“Bilal tuh gila.”

Ira tiba-tiba berceletuk, membuat Aina menoleh. “Lo kenal Bilal ternyata?”

“Ya lo fikir?”

Aina jadi kikuk, dengan tidak enak hati, akhirnya dia memberanikan bersuara yang mungkin sedikit menyinggung cewek itu. “Gue pikir, lo anaknya gak peduli sama manusia sejenis Bilal. Ya, lo tau kan Bilal sebego apa. Gue kira, lo cuman stuck dibelajar aja gitu. Ya lo pasti ngerti lah maksud gue apa.”

Tiba-tiba Ira tertawa, keras. Hal yang gak pernah Aina fikir kalo Ira bisa sekonyol itu waktu ketawa. Aina menatap Ira horor, takut cewek itu kesurupan tiba-tiba.

“Astaga, Aina...” Ira mencoba meredakan tawanya. “Jadi lo fikir kita-kita orang ini anak-anak cupu kayak dinovel-novel gitu? Yang kerjaannya baca buku, didalem kelas, diem aja setiap dikelas, terus gak beradaptasi dengan dunia luar?”

“Bukan, bukan gitu maksud gue. Maaf, gue gak bermaksud -”

“Aina!” Ira gemas, dia ketawa lagi liat ekspresi cemas diwajah Aina. “Kita yang katanya anak-anak pintar itu beda kayak yang orang kenal.” gadis itu senyum tipis. “Kita memprioritaskan sekolah, tapi harus tetep kekinian dong. Harus swag!” tiba-tiba Ira menggerakan kepalanya kekanan dan kekiri.

Aina sedikit kaget melihat itu. Serius deh, diluar kepala banget. Otak emas kayak Ira bisa sableng juga ternyata.

“Kelas kita emang jumlahnya cuman 28. Tapi itu mempermudah kekompakan kita kok.” Ira kembali normal, melanjutkan langkahnya dan kembali berbicara dengan intonasi sedang.

“Kita tetep eksis di medsos. Anak kelas kita juga ada yang ikut geng motor. Suka nongkrong dikantin sama anak-anak IPS atau anak-anak Bahasa. Kita sama. Gak beda. Gue kenal anak luar banyak. Gue tau Bilal dan anak-anak nakal lainnya. Dan yang pasti, banyak cogan dikelas kita. Jadi, kita gak cupu-cupu amat. Kelas kita juga banyak digilai oleh cewek-cewek disekolah ini.” kata Ira panjang lebar.

“Lo butuh bukti?”

Aina menaikan sebelah alisnya, belum menjawab saat Ira berkata. Tanpa menunggu jawaban Aina, Ira segera menarik Aina memasuki kelasnya yang awalnya pintu tertutup.

Aina sedikit terkejut.

Jauh dari pemikiran Aina.

Serius.

Kelakuan mereka sama saja. Normal. Kayak pelajar seperti biasanya. Yang gak cuman stuck belajar-belajar aja.

Ada beberapa anak yang sedang kumpul dipojokan, dengan laptop dihadapannya, beberapakali tertawa-tawa juga menutup wajah dengan buku. Dan, berisikan lelaki semua, ada 5 orang. Well, kalian pasti tau mereka lagi ngapain.

Ada cewek-cewek yang lagi ngegosip, nunjukin beberapa jenis lipstik. Juga ngobrolin drama korea terbaru yang bikin mereka histeris sendiri.

ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang