Teo masuk kedalam ruang kerja dengan sebuah map terbuka di tangan nya pagi itu. Ia sedang membaca map itu saat melangkah memasuki ruang kerja dan merasakan kehadiran rekan kerja nya.
" taka... hari ini latihan kordinasi dengan grup sebelah, beri tahu haru jika dia sudah kem....'' kalimatnya terhenti, insting nya yang sudah terlatih untuk mempercayai firasatnya. Mengatakan bahwa ada yang tak beres dengan rekan kerjanya, dan ia pun ter kejut saat menoleh ke arah meja taka dan menemukan taka tenggelam di atas mejanya. Tenggelam dalam aura kesal, sedih dan marah...setengah tubuhnya tengkurap di atas meja dan pria muda itu sedang mengucapkan kata seperti sebuah mantra yang berulang kali ia ucapkan dengan suara suram. Kesuraman yang membuat teo seakan dapat melihat ucapan rekan nya itu menjadi sebuah huruf yang mengambang di udara dan terbang mengelilingi tubuh temanya. Seolah taka sedang merantai dirinya dengan mantra.
'' bodohbodohbodohbodohbodoh bodohbodohbodohbodohbodohbodohbodohbodoh........"
Teo mengali telinga kanannya dengan jari kelingking untuk memastikan tak ada sumbatan di sana, dan ia sedang tak salah dengar kalau mantera yang saat ini tengah di ucapkan berulang kali itu adalah kata...bodoh.
Teo menggelengkan kepala...tidak, ia tak salah dengar. Mantra itu adalah mantra bodoh...apa yang sedang taka lakukan dengan membacakan mantra bodoh kepada dirinya sendiri... merupakan sebuah pertanyaan yang teo tak dapat menjawabnya.
Teo yang memiliki trauma tersendiri dengan mantra tak ingin mendekati taka... ia mundur dua langkah kebelakang, terakhir kali ia berurusan dengan mantra adalah saat ia memeluk sang ibu saat pulang dari bertugas selama sebulan , dan saat itu ibunya sedang merapal mantra seperti yang di lakukan taka saat ini.
Bedanya saat itu ibunya sedang merapal mantra pencari mantu untuk nya, dan dia sangat senang sekali saat teo putranya memeluknya. Ibunya memekik girang seakan dapat lotre belasan milyar. Menari-nari riang di ruang tamu, sang ayah yang muncul dengan panik karna ibunya berteriak pun akhirnya ikut menari bersama. saat menceritakan teo anaknya, memeluknya saat sedang merapal mantara itu.
Dan teo hanya dapat menatap heran tak mengerti atas tingkah kedua orang tuanya itu. Dan dia baru mengerti setelah mendapat penjelasan bahwa, di saat sang ibu sedang merapal mantra teo harus memegangi ibunya, Agar mantra itu manjur. seperti yang di sarankan oleh pendeta agung keluarga ryu.
Meski awalnya teo membantah mantra itu tak akan manjur karna teo tidak memegang ibunya tapi memeluknya... karna devinisi memegang dan memeluk itu berbeda, dan pada dasarnya teo belum ingin menikah...teo memastikan mantra itu tak akan berfungsi. Namun nampaknya mantra itu telah berfungsi dengan sangat luar biasa manjur. Karna ke esokan harinya teo langsung bertemu dengan seorang wanita yang membuat hatinya berdegup kencang, dan taka adalah orang yang mengambil andil dalam kelancaran hubungan mereka.
Dan sekarang......
Teo lebih suka di suruh ikut acara uji nyali, dari pada menyentuh tubuh rekanya yang di kelilingi oleh mantera bodoh itu...ia tak ingin menjadi bodoh dan menghancurkan cerita cintanya yang baru di mulai.
Haru muncul bersama asada,yang telah selesai melakukan tugas mengawal seorang artis keluar negri, beberapa hari yang lalu. mereka terlibat pembicaraan ringan saat masuk keruangan itu. Namun langkah haru yang terhalang tubuh teo yang berdiri dekat pintu,mengusik keasikan mereka berbincang.
" whats up bro." Ucap asada.
Teo tak menjawab, juga tidak menengok ke arah dua orang yang menabrak punggungnya, alih-alih menjawab teo menunjuk ke arah meja taka.
'' kenapa dengan sayang ku.'' Ucap asada. Terheran-heran melihat wajah lesu dan putus asa taka. Teo menarik tangan asada yang berniat untuk menghampiri pria muda itu.
