Kapal yang berkamuflase sebagai kapal nelayan itu bergerak dengan cepat dalam gelap nya malam. Melihat dari kecepatan tak wajar untuk sebuah kapal nelayan, taka menduga kalau mesin pengerak kapal ini telah di modifikasi hingga setara dengan kapal speed board unggulan.
Taka berada nyaman dan hangat di bawah terpal tebal yang ada di deck kapal. Terpal tebal itu selain menjadi tempat nya bersembunnyi, sekaligus berungsi sebagai penahan angin malam yang berhembus kencang saat kapal melaju. Meski tubuhnya acap kali terguncang, taka tak merasa keberatan, itu menunjukan bahwa betapa cepat nya kapal ini melaju memecah ombak ombak kecil di hadapan nya.
Waktu se akan berjalan cukup lama. Ia hampir tertidur saat ia menyadari tubuhnya tak lagi terguncang. Yang menandakan kapal tengah melaju perlahan. Perlahan ia menyibak terpal yang menutupi tubuh nya.
" kita sudah sampai." Ucap seorang awak kapal yang tengah duduk tak jauh dari taka.
" di mana ini." Tanya taka. ia bertanya saat melihat wajah rileks dari awak kapal yang merupakan salah satu angota pasukan khusus itu. Menunjukan kalau ,ereka sudah berada di tempat yang aman, namun taka tak tahu di mana mereka saat ini, karna itu ia menayakan hal ini ke pada pria itu.
" dermaga khusus...di belakang markas cabang pengaman korban ryu."
Taka pernah mendengar kantor cabang pasukan itu, namun ia belum pernah sekali pun ke tempat itu. Karna letak nya yang berada cukup jauh di pinggir kota.
Awak kapal itu membantu taka untuk keluar dari bawah terpal meningalkan perasaan nyaman dan hangat di bawah sana. butuh waktu untuk taka menstabilkan ke adaan diri nya, karna kesemutan karna posisi duduk yang sama dalam waktu lama, juga pantat yang sakit karna duduk di atas deck, terguncang selama perjalanan panjang. Pada saat itu kapal tengah meluncur tanpa dorongan tenaga mesin mendekati sebuah dermaga yang terbuat dari beton.
Tubuh taka sedikit terhuyung saat badan kapal membentur perlahan dermaga, sebelum akhir nya berhenti di sisi tempat itu.
Angin malam yang berhembus membuat taka mengigil ke dinginan, seorasng pria menghampiri taka, dan meminta pria muda itu untuk mengikutinya, taka patuh. Dengan diam ia mengikuti langkah kaki pria yang usianya nampak lebih tua dari nya menuju bangunan tingkata tiga yang ada di hadapan mereka.
Berada di dalam gedung jauh lebih baik untuk taka, karna dinding bangunan menlindungi nya dari terpaan angin malamm dan hawa dingin.
" kau mandi lah dulu." Printah orang itu sambil menunjuka ke pada seorang pemuda yang berdiri tak jauh di depan mereka di tangan nya nampak setumpuk bahan di tangan nya. yang salah satu nya berupa berupa bahan yang tak asing untuk siapa pun, sebuah handuk dan juga sebuah peralatan mandi.
Entah kenapa ke dua benda itu sangat memukau mata taka saat ini. Untuk saat ini mandi mungkin pilihan terbaik, karna itu taka menganggukan kepala lalu menghapiri pria muda itu, yang akhir nya membawanya ke sebuah ruang mandi umum untuk para prajurit.
Tanpa ragu taka langsung membawa tubuh nya ke salah satu bilik dan menyalakan kran air, membiarkan tubuh nya yang masih lengkap dengan pakaian itu berada di bawah guyuran air.
Ia tak tahu apakah air yang menguyur nya saat ini merupakan air hangat, ataukarna tubuhnya yang berada di bawah temperatur air, hingga air kran itu terasa hangat saat menyentuh kulit nya. Taka tak peduli. Yang terpenting ia dapat membilas aroma laut dan lengketnya kadar garam yang terasa lengket di rambut dan tubuh nya saat ini.
Di saat ia merasa semua sudah cukup ia pun keluar dari dalam bilik dengan handuk yang melilit di pingang nya. Satu stel pakaian hitam yang tak asing untuk nya telah menanti nya di sebuah kursi panjang di depan pintu ruang bilas. Ia pun mengenakan pakaian itu, setelah merapihkan pakaian nya yang basah ia keluar dari kamar mandi umum ter sebut.