" kenapa aku harus lari?''
Tanya taka pada dirinya sendiri. Yang saat ini di kuasi oleh suatu niat yang sangat kuat untuk melarikan diri.
Ia mengambil tas nya dan memasukan semua pakaian nya secara acak tidak peduli pakaian itu akan kusut nanti nya. Chek out sesegera mungkin dari penginapan ini, tan pa banyak bicara dan basa basi lagi ia bergegas keluar dari penginapan ini. Karna hari sudah malam ia tak akan menemukan kendaraan yang akanmengantarkan nya ke pusat desa di bawah sana, jadi tak ada cara lain selain berjalan kaki. Ia harus menghindari jalan raya, di khawatirkan akan ber papasan dengan kendaraan yang di gunakan kakak pertama untuk menjemput nya. Hari sudah cukup gelap untuk nya saat itu. Pelatihan sebagai bodyguard membuat nya secara insting berbaur dengan ke gelapan alam, demi menghindari berjumpa dengan musuh. Saat tiba di pusat desa ia menuju stasiun kereta. Masih ada kereta terakhir yang akan berangkat jam sepuluh nanti. Ia naik kereta itu menuju ibu kota, dan tangan kakak pertama pun tak bisa menjangkau nya.
TOL! TOK! TOK!
Begitulah rencana awalnya, dan sayang nya begitu ia tersadar ia masih berdiri di tempatnya tanpa bergeser satu centi pun.
TOL!! TOK!! TOK!!...
Sekarang, jika ia ingin melarikan diri pun percuma. Tak ada jalan untuk nya melari kan diri. Dan dia masih sayang pada nyawanya untuk melompat kabur melalui tebing di depan kamar nya.
TOL!! TOK!! TOK!!...
Bagai mana mungkin tubuh nya menjadi kaku,lidah nya kelu, bahkan ia tak sangup untuk mengerakan jari-jari nya, seperti binatang yang berada di bawah sorot lampu saat malam hari. Kenapa ia takut untuk bergerak?. kemana desakan hatinya yang tadi memaksa dirinya untuk melarikan diri dari tempat ini.
BRAK!!....
Pintu di dobrak dengan paksa oleh seorang pria bertubuh besar mengenakan jaket kulit. Ia menatap taka yang berdiri tak bergerak karna terkejut di hadapan nya.
" selamat malam tuan taka, kami di tugas kan untuk menjemput anda oleh tuan auron." Ucap salah satu dari mereka dengan nada suara memberitahukan. Meski pria itu tersenyum tapi entah kenapa taka tidak merasakan keramahan di mata nya.
'' di mana bos mu." Tanya taka setelah berhasil memulihkan dirinya dari ke terkejutan.
'' di suatu tempat, kami di tugas kan mengantar anda ke sana sekarang."
" kalau begitu katakan pada kakak pertama bahwa aku tak bisa memenuhi undangan nya." Taka melihat daun pintu yang kini hancur menjadi huruf L. " ku harap kau memperbaiki pintu itu." Ucap nya menatap tamu tak di undang itu.
tamu tak di undang itu, menoleh ke arah pintu dan tersenyum sinis.
" itu tak akan terjadi jika anda menjawab panggilan kami tadi."
Taka menatap heran, benarkah pria ini memanggil nya tadi....tadi, taka hanya mendengar suara ketukan pintu. Atau mungkn, karna ia terlalu sibuk dengan diri nya sendiri. Membuat dia tidak mendengar suara panggilan pria itu.
" terserah pada mu saja." Ucap taka melangkah menjauh mereka menuju teras kamar nya, ia menyambar plastik belanjaan yang berisikan cemilan yang ia beli. Hanya untuk menyembunyikan niat nya memancing pria itu ke teras kamar
Insting nya mengatakan orang ini bukan lah orang biasa. Aura yang di pancarakan dari tubuh nya dan gerak gerik nya yang luwes. Menunjukan kalau pria ini cukup terlatih dalam ilmu bela diri. Bahkan taka sangat yakin pria ini pernah membunuh . terlebih lagi dia adalah anak buah yang bekerja untuk kakak perama, dan kakak pertama tidak akan merekrut anak buah yang tidak bisa apa-apa.