sial...adalah kata yang sangat ingin ia teriakan sekuat mungkin hingga menggema ke ujung galaksi sana saat ini...namun tentu saja ia tak dapat lakukan itu, meski ia sangat ingin melakukanya. sudah seminggu ini dia keluar masuk mall dan toko pakaian dalam, untuk mencari merk yang sama dengan celana dalam itu, namun tak juga ia temukan, dan begitu ia mencari di situs resmi nya, harga yang tertera di sana membuatnya mendelikan mata... memastikan matanya tak salah lihat jumlah nol yang tertera di layar....enam ratus ribu, untuk sepasang celana dalam merk tersebut...
"kenapa juga untuk celana dalam aku harus mengeluarkan dana jatah makan siang selama dua minggu....sial sekali" grutu taka menutup leptopnya dengan kesal...lalu mendesah kesal...dan memutuskan untuk mengganti dengan merk lain dengan kualitas terbaik yang masih bersahabat dengan kantong dan dompet nya. memang tak sebanding, dari pada tidak ia ganti...ia pun kembali membuka leptopnya dan membuka situs belanja onine...tak butuh lama untuknya melakukan transaksi di sana. karna itu adalah toko langgananya.
teo datang, dengan membawa sebuket besar mawar merah di tanganya. aroma wangi bunga mawar itu langsung memenuhi seisi ruangan...
" ciee... yang lagi fallin love...kau tau membawa bunga juga merupakan tindakan feminim teo.' guda taka tersenyum jahil.
dan senyuman itu di balas dengan tatapan mata yang tajam dari teo saat dia meletakan buket bunga itu di hadapan taka
" bunga ini milik mu." ucapnya" repsesionis menitipkanya kepada ku". melengos pergi dari hadapan taka. menuju meja kerjanya. meninggalkan taka yang masih termangu di hadpan bunga-bunga itu.
" untuk ku.?" tanyanya menatap teo dan yang di pandang lebih suka menengelamkan diri dalam kertas-kertas laporan di depan mejanya. taka menarik alisnya keatas,melihat ulah temanya. di tengah kumpulan bunga mwarr yang besar. taka melihat sebuah benda putih berupa kartu. ia mengapai kertas itu dan membukanya.
BRAK!!!
teo menoleh terkejut saat mendengar suara hentakan kursi dari arah meja taka, ia melihat taka berdiri menjahui buket mawar merah itu, seolang buket indah itu berubah menjadi se ekor ular derik yang berbahaya...wajah taka pun menjadi pucat, kecemasan nampak jelas di wajahnya.
" ada apa.?" tanya teo menatap terheran-heran.
"ti...tidak...tidak apa-apa." ucap taka berusaha tersenyum berusaha menyembunyikan kepanikanya. sambil berusaha untuk kembali duduk. namun kali ini ia duduk dengan posisi menyampingi meja kerjanya tak ingin menyentuh buket bunga yang menebar aroma manis itu.
taka mengaruk kepalanya dengan prustasi. saat ia menundukan kepala ia mendapatkan kartu ucapan yang ia baca tadi, berada tepat di dekat kakinya, benda itu terjatuh di lantai saat taka melemparkanya, seakan benda itu adalah bom waktu yang akan meledak.
taka meraih kartu itu dan tanpa sadar matanya kembali membaca kalimat yang berada di dalamnya.
let's get dinner
i miss you
from your fisrt
sial...sangat sial....benar benar sial....taka sudah merasa lega saat dalam bebebrapa hari ini dia tidak mendengarkan kabar apapun dari kakak pertama, semenjak kabar kalau para 'kakak' menculik seorang pemuda untuk di persembahkan ke pada 'kakak ketiga'. dia sangat berharap tidak berurusan lagi dengan kakak pertama.
'' kalau kau tak suka acuhkan saja...serahkan saja buket bunga itu ke staff wanita." ucap teo yang tengah sibuk mengetik sesuatu di leptopnya. tanpa melihat ke arah taka.
'' kau benar.." ucap taka semangat dan merasa mendapat pencerahan. dia pun meremas kartu itu dan menyambar buket bunga itu. dan membawanya keluar ruangan. dan dia memberikan buket bunga itu pada staff wanita yang kebetulan lewat di depan pintu kantor grupnya. seorang wanita cantik yang taka kenal sebagai wannita yang di taksir teo, melintas tepat saat taka membuka pintu kaca. taka menyerahkan buket bunga itu kepadanya. membuat teo melotot saat menyadari kepada siapa taka menyerahkan buket bunga miliknya.
