26. "Onci, wake up.."

3.9K 414 26
                                    

Dirujuk pada RSCM Onci memasuki ruangan ICU, tidak ada yang dapat menemaninya selama berada di dalam ruangan, beberapa perlengkapan medis telah lengkap terpasang. Hening pada ruangan yang hanya tampak monitor ICU menampilkan resusitas gelombang pada jantung Onci yang terlihat normal.

Mira menatap ponsel menyadari jika di hari ini adalah jadwal kedatangan salah satu anggota pelatih dari Team School For Intelligence Analysis. Mrs. Alisya. Jam yang berdetak kian berubah menjadi menit membuat Mira tampak sedikit gelisah.

"Kamu jemput aja Mrs. Alisya ke bandara, aku akan minta Bribtu Anjeli untuk menemani kamu , dan aku akan menunggu di sini bersama April". Sekalipun tampak ragu, Mira mengangguk menyetujui, ada hal yang tak selalu sejalan dengan apa yang direncanakan, sekalipun ia berkeinginan kuat agar dapat menunggu Onci kembali tersadar.

"Dia akan aman bersama ku". Sembari meletakkan tangan pada pundak  kanan Mira, Gina tau saat mimik kecemasan itu tersirat pada mata Mira yang kini tertuju menatap Onci pada jendela kaca yang memperlihatkan gadis manis itu kini terbaring dengan berbagai alat perlengkapan medis tampak terpasang disekujur tubuh.

"Jika Onci sadar, cepet  kasi tau gue"

"Tentu". Gina mengangguk memahami kondisi yang kini tampak jauh terasa rumit.

Mira melangkah dengan tatapan kosong, ada tanggung jawab pada beban nya yang kian bertambah, sementara ia hanya mendapatkan surat izin tugas selama lima bulan, lewat dari itu, CIA tak akan mentolerir karirnya yang kini diambang pertimbangan pertahanan jabatan.

***

Lebih dari tiga jaman, April masih berdiri mematung.

"Onci, wake up....". Bibir April terlihat bergetar lirih pada kalimat-kalimat yang terus ia ucap sekalipun tak ada siapapun yang mendengar, Papa dan Mama baru saja keluar dari ruang ICU bergantian menjenguk dan mendengar diagnosa dokter pada Papa Onci yang kini tampak masih berdiri dalam diam, matanya tak lagi mampu menyembunyikan tangis, memeluk wanita yang tak jauh dari arah ia berdiri, mengaliri energi bersama melawan duka saat dokter mengatakan jika Onci tak dapat di selamatkan jika tak mendapatkan donor hati dalam waktu dekat.

"Kanker Liver stadium akhir, dan kamu nggak pernah bilang ke aku On?, nggak pernah". April menangis dalam sesal yang panjang, bagaimana bisa ia yang selama ini bersama Onci tertaut ikatan tapi tak mengetahui wanita yang ia cintai memiliki penyakit yang begitu rapi ia simpan dalam rahasia hubungan mereka yang tak dapat dibilang sebentar, dalam jarak persahabatan hingga percintaan, Onci tak pernah sekalipun berkeluh tentang apa yang selama ini dirinya rasakan.

"Kenapa, Onn, kenapa??..." Tangis April menyuara, dalam isak sesenggukan Gina menghampiri dirinya yang kini bersandar pada bilah kaca menembus tubuh Onci yang terbaring tak berdaya.

"Onci akan baik-baik saja, dia wanita yang kuat.." April menatap Gina tajam dengan tatap elang siap memetok, bagaimana bisa ia mengatakan Onci akan baik-baik saja disaat dokter telah mengeluarkan statement bahwa Onci akan kehilangan nyawa jika tak mendapatkan donor hati.

"Bulshit.., itu bukan penenang yang solutif, yang bisa kita lakukan saat ini adalah mencari siapa yang akan melakukan donor hati untuk Onci, itu yang bisa kita lakukan untuk agar dapat menyelamatkan nyawanya". Berkilah dari apa yang ia dengar, April tak sama sekali mendapatkan ketenangan selain menunggu dari pihak rumah sakit menemukan siapa yang akan mendonorkan hati untuk wanita yang ia cintai. Gina hanya berdiri dalam bisu menciptakan jarak, ketika satu-satunya niat untuk menenangkan April tak berjalan dengan apa yang ia harap.

Tak jauh dari mereka berdiri, seorang wanita berparas cantik dengan longline blazer putih mendekati Gina yang membalas tatap dengan senyuman kecil.

Cinta Dari Langit [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang