Suasana pagi menyemaikan aroma embun pada pekarangan teras rumah, angin gersang menyapa tatkala samar-samar pagi membangunkan April dari alam mimpi, ia terbangun bergegas mendapati Onci merebah di atas tikar permadani tepat di depan TV yang masih menyala. Onci kini berada disampingnya, tangan kirinya menahan kepala sementara tangan kanannya berada di atas perut April.
Ia teringat apa yang dikatakan Onci tadi malam, bahwa orang yang mencintai, tak akan pernah menyakiti orang yang dicintainya, betapa ia merasa paling bocah, barang kali juga wanita yang kebanyakan diluar sana, mengaku mencintai pria yang ia cinta, namun belum tentu pria tersebut berbalas mencintainya jika menuntut pembuktian cinta, sebab cinta tidak menuntut, tak perlu jargon Goals Couple untuk menampilkan drama percintaan jika mungkin hubungan tersebut hanya sebatas ketertarikan, ataupun kekaguman yang berbalut status bernama pacaran.
April menatap wajah itu lekat , mengingat apa yang ia lakukan pada Onci tadi malam, ia sungguh polos, teramat polos. Bahkan untuk membalas ciuman wanita yang ia katakan mencintainyapun ia tidak tahu selain menampilkan tatapan kosong dengan pipi bersemu merah jambu.
Oncinya yang dulu menjelma hadir dengan segala ketulusan hati memberikannya hadiah berharga saat dirinya demikian kotor untuk disambangi. Rasa kasih yang selama ini tumbuh bertunas dalam persahabatan mereka, meski pernah sesekali dihiasi nokhta demi nokhta kebencian, kenapa harus ada gadis sesuci Onci? Kenapa ia tak rusak sekalian bersama dirinya?
Dulu April sempat ingin menjerumuskan Onci, setidaknya dimulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil. Mengajak nonton film porno, atau mengajak teman-teman dugem dan pemabuk untuk berkumpul bersama Onci, pertemuan yang sering pasti akan mengubah paradigma gadis itu, dari menolak menjadi netral-simpati-empati lalu ikut bergabung, namun tiap kali April bertatapan wajah dengannya, luruh keberanian April untuk menceburkan gadis itu kedalam lumpur .
Karena dengan alasan Cinta, April pasti bisa memanipulasi perasaan yang ada pada Onci untuknya, sebab tak akan sulit untuk mencelakakan Onci, seperti yang pernah terlintas dipikirannya dulu, ia ingin memperkenalkan dunia malam pada gadis itu, supaya tak hanya dunia putih yang ia tahu, atau ilmu pengetahuan dibalik buku, toh ada dunia remang kelabu hitam diluar yang begitu nikmat untuk dijalani, begitulah April, berdiri dihadapan Onci, dirinya merasa telanjang dalam jelaga. Niatnya meracuni Onci bagai karma , bukan saja diri gadis itu dilapisi imunitas yang sulit ditembus, tapi prinsip hidup darinya justru sulit ditepis.
Onci selalu bersikap baik pada orang. Saat parkir mobil cukup lima ribu rupiah, ia lebih memilih sepuluh ribu. Saat orang tak peduli pada satpam kampus, ia memikirkan bagaimana membelikannya sarung untuk hari raya , hanya memberi yang ada dalam benaknya, Gadis polos dan lugu tak banyak punya teman, anehnya sekali orang jatuh hati padanya, sulit untuk melupakannya, security kampus, satpam apartmen, cleaning service hotel, selalu cerah melihat kehadirannya, Onci sering kali membawa buah tangan makanan kecil dari toko roti , sesuatu yang jarang dimakan oleh pengangkut sampah perkomplekkan ia tinggal, andaikan sedikit saja ia mengenal dunia malam dan mengenal pacaran , pasti Onci menjadi Primadona sekolah bahkan kampus.
April mengecup kening sang Sahabat dengan perasaan mendalam, ia bersyukur pikirannya untuk menjerumuskan Onci dulu tak pernah kesampaian, entah karena ia tak pernah tega, atau memang Onci yang berpendirian.
"Apa ini anak nggak kerja?" Tanya April saat melihat jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh pagi."Ci, Onci bangun Ci.." tubuhnya lagi-lagi menghangat lalu ia kesulitan untuk merasakan suhu tubuh Onci lantaran ia masih mengenakan seragam kerja yang belum sepenuhnya ia ganti, beserta kaos kaki yang belum terlepas. Telapak tanganya kembali terlihat menguning, ia merasakan dinginnya lengan Onci serta tubuhnya yang tiba-tiba saja dingin
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dari Langit [Completed]
RomanceThere are million reason for me to leave you. But i never do that for one reason because i love you. O'on