5. When Disappear

5K 463 50
                                    

Kebersamaan April dan Yansen selama lima hari bagaikan lima menit singkat yang sulit untuk diterima April. Yansen pergi dengan izin mengurus beberapa proyek interior di Paris. Dan berjanji sepulangnya dari Paris ia akan kembali untuk membawa April menemui keluarga besarnya di Indonesia, dalam rangka membicarakan hari pernikahan mereka.

April mengsupport penuh perjuangan Yansen. Ia ingin membuktikan pada Papa dan Mama bahwa pandangan mereka tentang Yansen sebagai pria brandalan adalah keliru besar.

"Cinta harus diperjuangkan Babe, aku selalu menunggumu dengan sabar, tapi please jangan stop kasi kabar" April menggelanyut manja di dada bidang Pria yang ia cintai, sesekali mengendus wajah tampan itu April sama sekali tak melepaskan tatapan.

"Jika aku sedang kerja, aku bener-bener nggak bisa diganggu sayang"

Yansen mengecup kening April dengan gerakan cepat sembari mengemaskan beberapa pakaian yang ia rapikan ke dalam cover bag.

"Jadi kamu mau aku anter ke changi?"

"No, aku bisa pergi sendiri, kamu aja yang pulangnya hati-hati"

Yansen mengecup perlahan bibir April dalam seperkian menit ia pamit pergi hingga punggungnya hilang ditelan pintu.

***

April

Aku menaiki taksi menuju Hotel, Onci bener-bener de, dia kali ini bikin kesel, setelah beberapa hari yang lalu memaksa aku untuk memperkenalkan ia ke Yansen lalu hilang tanpa kabar, bahkan sekarang telpon darikupun tidak ia angkat.

Aku menaiki lift menuju kamar, gayaku yang semerautan tak kuperdulikan lagi lantaran jarak perjalanan yang lumayan jauh dan aku sungguh merasakan pusing.

Pintu terbuka dan aku kembali kesal, Onci pasti lagi-lagi lupa mengunci kamar.

Aku memasuki ruangan tengah, yang seketika membuatku kaget setengah marah saat kudapati serpihan kacang serta bau alkohol tajam menghantam hidungku, siapa yang bawa alkohol?, karena sepengetahuanku Onci anti dengan minum-minuman ber alkohol. Aku melanjutkan langkah menatapi lantaiku yang kini berserakan sampah. Belum lagi dua makhluk astral itu, ughhhh sial.

"Lisa, Mona, kalian berdua ngapain di hotel gue, Onci mana?"

"Ssssstt, berisik deh Pril, nggak ada lo tenang banget, kita lagi dapet emosionalnya season Walking Dead, tampol juga nih" Teriak Mona dengan tubuhnya yang bau alkohol, mereka terlihat jorok , baring pada sofa tengahku yang kini terlihat berantakan dan dengan sampah yang berserakan.

Aku terkesiap, ekspresi kesal ku hilang seketika.

"Cung siapa yang mati?" tanyaku penasaran, sembari menendang pelan kaki Lisa untuk memberiku ruang agar bisa duduk.

"Ya makanya dieeemmm, nonton sini gak usa gangguin"

Aku menghamburkan pandanganku ke arah televisi, jagoan keceku Rick kali ini memperlihatkan aksinya saat menghadapi puluhan dzombi, dan kini, dzombi-dzombi menjijikan itu pun menyadarkan ku

"Lha kok gue ikutan nonton?" aku berdiri mengambil bantalan sofa dan melemparkannya ke arah mereka.

"Gue tanya Onci manaaaa, pleaseee jawab dong?".

Mereka berdua serempak membalikkan pandangan kearahku, diikuti Lisa yang mengpause kan DVD demi tak ingin tertinggal sedetikpun serial tahunan favorit mereka itu.

Cinta Dari Langit [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang