Terpaan angin semakin terasa dingin, hampir lebih dari satu jaman kami saling diam, aku masih dengan fokus menatap kesekeliling taman, dengan pikiranku akan penataan masa depan, sementara Onci bias bayangnya sesekali menoleh kearahku, lalu kembali melirik ke depan, menoleh kearahku, lalu kembali menghamburkan pandangan.
"Aku semalam pulang dadakan dijemput Papa" suara Onci kembali membuyarkan keheningan.
"Mama aku nanyain kamu, kamu udah pulang ke rumah? , udah sore lho Pril, aku anter yuk, besok aku jemput main kerumah aku, tapiiiii", kalimat Onci menggantung
Aku penasaran dengan kelanjutannya, tapi aku tetap tak mau menyuara untuk bertanya
"Tapi aku uda nggak di rumah" kalimat itu terdengar pelan dan rasa penasaranku kembali hadir, namun tetap kutahan sampai ia bercerita
"Aku ada tugas analisa kasus di Indonesia, besok jadwal meet team dengan beberapa secret FBI agent, jadi aku harus ngontrak rumah sementara waktu".
Seperti dugaanku, tanpa perlu bertanya ia pasti akan bercerita sendiri, Onci tidak pernah berubah, ia selalu menempatkan aku utama dan pertama untuk ia berbagi suka ataupun duka, terlepas dari penyakit nya, lain dari pada itu, apapun ia selalu bercerita.
"Pril pulang yukk, inget ada yang harus kamu jaga" kalimat yang terdengar samar yang aku tahu dengan begitu hati-hati ia sampaikan.
"Aku masih mau di sini, sampe nanti aku mau pulang"
"Yaudah aku tungguin"
"Pulang aja Ci, aku lagi mau sendiri"
"Dengan aku pindah duduk di belakang dan nggak ngeluarin suara juga sama artinya kamu sendri tanpa ada siapa-siapa di deket kamu, yaudah aku tungguin aja sampe kamu mau pulang"
"aku nggak akan pulang ke rumah"
Dengan cepat Onci membalikkan tubuh mengambil kesempatan bergeser mendekatiku
"Lhooo kenapa?"
Aku membalikkan tubuhku menatapnya
"Geser nggak"
Dengan menghembuskan nafas berat ia beregeser ke tempat semula, menggerakkan kedua kakinya yang terlihat jelas ia pasti tadi habis berolah raga.
"Papa ngusir aku"
"Masa sih ia, papa cuma lagi marah mungkin, mana coba sini aku anter dan ngomong sama papa, pasti papa mau maafin"
"Percuma, mama udah terlanjur kecewa, mungkin sabar mereka udah diujung batas, akibat ulah aku yang emang sulit buat dimaafin"
Onci diam dan kami kembali diam, jam menunjukkan pukul delapan malam, dan kami masih saja saling hening dan sesekali Onci melirik kearahku diam.
"Pulang aja yuk Pril ke kontrakan aku, nggak jauh dari sini , nanti seminggu dua minggu aku anterin pulang, dan mungkin marah Papa udah agak redaan"
Kali ini aku tertarik menoleh kearahnya, menatap binar matanya yang terlihat bahagia.
"Ci kamu kok dari tadi senyam-senyum gitu kenapa sih?"
"Aku bahagia lah bodoh, aku tuh ya hampir tiga minggu nguber-nguber asrama, nyari kamu sana-sini sampe-sampe kamar kamu direversaide aku sewa buat bolak balik, dan nyaris main petak umpet, sampe aku memang harus pulang karena emang ada panggilan kerja, yaudah semalam nyampe dan nggak tau kenapa aku kangen aja pengen lari-lari ke krida loka, ada sesuatu yang ngebawa aku ke sini dan aku bersyukur akhirnya kebetulan nemuin kamu, kamu juga pasti kangen aku, kangen aku kaaaaan? makanya kesini, hayolah ngakuu, nggak usah pura-pura kesel gitu, aku nyantei aja kok"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dari Langit [Completed]
RomanceThere are million reason for me to leave you. But i never do that for one reason because i love you. O'on