Casting Yansen : Birkan Sokullu
Aku melihat jam beker di atas meja kamar pribadi dari rumah huni sementara Papa dan Mama, mengucek mata yang tidak terasa gatal, sesekali tersenyum menatap pria yang kini berbaring pulas tak jauh dari aku merebahkan tubuh, oh iya aaku lupa, kenalkan, nama aku April kamu bebas mau ngebayangin siapa aku sesuai yang kamu mau, mulmed aku sefantasinya kamu aja. Aku wanita yang lahir dibulan juni 21 tahun yang lalu.
pasti kamu akan berpikir nama dan bulan kelahiranku sama sekali tidak bertemu, tak mengapa, awalnya aku juga protes, aku terlalu banyak protes dari hal kecil apa lagi yang besar sekalipun, sama seperti pria di hadapan ku ini Yansen Grein, pria tampan yang membuat aku candu untuk ia cumbui berkaki-kali, entah dari sudut mana sosoknya hadir lantas membuat aku rela menyerahkan apapun padanya, mungkin benar, tentang cinta tanpa logika dan terkadang sedikit buta, bodohnya memang aku tidak perduli.
"Honey come on, banguuun" aku membangunkan ia dari kelelahan ronde- ronde malam kami yang begitu indah. Aku menarik selimut menutupi tubuh kami tanpa sehelai benangpun , kukecup dadanya berkali -kali kulirik ia menahan nafasnya yang mulai bergairah, dengan senyuman manisnya itulah yang pertama kali mampu memikat hatiku
Knock knock "Nyonya, sarapan sudah siap" suara pelayan dari depan kamarku telah menjerit memanggil
"Ayolah Yansen, sayang kita sarapan, para pelayan pasti menunggu kita "
Kudengar sebuah pesan bib berdurasi pendek berbunyi, tak menunggu waktu lagi untuk meronggoh saku celana Yansen di lantai dan aku segera membacanya.
Aku mencampakkan iPhone itu tanda tak suka,
"Sayang dari siapa?"
Aku diam memperhatikan wajahnya yang mampu membuatku luluh, ah aku seperti ingin menggit bibirnya yang begitu menantang.
"Ayolah Sayang apa bunyi pesannya?"
"Aku mencampakkan iPhone yang aku belikan untuknya seminggu yang lalu tepat di dekatnya, ia membuka dan membaca pesan itu dengan ekspresi seolah bertanya ataukah bersandiwara
"aku tidak tahu ini siapa, kupikir ia salah kirim"
aku berbalik mengambil linggrie ku di atas meja beserakan tak tentu kemana pakaian-pakaian kami melibasi lantai akibat ketergesahan permainan kami tadi malam. Aku menggenakannya hingga kurasa ia memeluk tubuhku dengan erat, mencium tekuk hingga menggerayangiku kembali, nafsuku seketika membangkit bagai aliran listrik menyetrum ruas-ruas saraf.
Aku membalik arah, oh shit melihat wajahnya saja tak mampu membuat aku marah
"Please Yansen, jangan bohongi aku, aku bisa mati bunuh diri karenamu"
"Ayolah, itu tidak akan mungkin sayang, aku mencintaimu lebih dari nyawa ini" ia mengangkat aku kembali ketempat tidur. Yeaaah sepertinya ia ingin menuntaskan hasrat kami yang telah terkoneksi. Aku mendorong ia untuk merubah posisi. Seperti biasa, permainan ini selalu bermulai dengan posisi aku di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dari Langit [Completed]
RomansaThere are million reason for me to leave you. But i never do that for one reason because i love you. O'on