Author
Onci beranjak keruangan kerja, tatkala menghembuskan napas dengan berat. Ia menyadarkan tubuh pada kursi kerja roda dengan sedikit memejam, matanya terasa kantuk dan berat, selintas bayangan mengenai fase kehidupannya melintas, baru saja terasa mengenakan seragam sekolah kini tuntutan pekerjaan membuat ia memiliki tanggung jawab besar, disaat ia mengetahui setiap manusia memiliki jatah waktu yang sama , disaat itupula ia menyadari akankah waktu yang ia miliki dapat ia pergunakan dengan sebaik-baiknya.
Kurang dari setengah jam ia kembali beranjak keluar ruangan, mematikan stut listrik dan bergegas menuju keruangan tengah, saat melintasi kamar April, Onci menangkap lagu lama zaman ia masih duduk dibangku sekolah, alunan Bryan Adams When You Love Someone mengiringi rasa kantuknya yang mulai menjalar. Ia masih duduk sembari merebah tepat di atas sofa, membolak balik surat kabar berita langganan harian yang baru sempat ia baca.
Seketika sosok bayang April muncul tersungut menahan kantuk keluar dari kamar tidur menatap Onci nanar.
"Ci nggak bisa tiduuuur"
"ini kan baru jam sepuluh Pril, kamu juga biasa tidur di atas jam sebelas, baca novel aja kaya biasa"
Onci memperhatikan April dengan wajah yang memurung, pesonanya tak akan mudah luput dari ingatan, wajah yang senantiasa ceria demi menutupi segala problematika keluarga, kesepian dan nyaris selalu dalam kesunyian, sosok sahabat yang tak tahu bagaimana rasanya kasih seorang ayah itu wajarlah begitu jatuh pada pria yang tak bisa lagi ia bedakan mana janji mana gombal. Wajah sendu dengan dagu yang mencoba tegak diam atas leher yang jenjang, mata bulat telaga yang menyimpan kepedihan hingga kedasar. Alisnya berbaris rapi dan tegas. Tubuhnya yang terawat kini terlihat mengurus.
"Aku tidur sini ya?"
Onci mengangguk, jelas saja ia mengiyakan, bukankah dulu memang mereka selalu tidur bersama, hanya saja kini, dari sikap keduanya sama-sama memiliki jarak yang bertaut.
April merebahkan tubuh tepat disamping sisi Onci, entah mengapa , tiba-tiba ia merisaukan gaung hatinya sendiri, kadang kesunyian membuatnya tersisih, terkucil, namun sering kali pula ia menemukan kedamaian ketika berhasil menemukan tempat ia terpekur untuk berbincang pada suara batinnya yang selalu ada disaat ia sungguh-sungguh merasakan jatuh, dialah Onci, satu-satunya sahabat yang selalu ada disaat ia berada dalam keadaan terburuk sekalipun, sering kali ia menanyakan ketulusan sang sahabat, saat ia sendiri memperlakukan Onci dengan begitu kejam, kadang cuek, kadang dingin, bahkan saling diam berhari-hari, padahal April sendiri tahu, Onci tak akan pernah bisa jika berjauhan saja, apa lagi didiami tanpa alasan yang jelas.
Namun dalam diam, ia memuji sikap Onci yang memang sedari dulu telah mengetuk pintu terkecil yang telah ada didalam hati milik April. Onci baginya bukan jenis gadis yang suka mengikuti arus , ia amat senang melakukan sesuatu demi orang lain, dan juga tak suka berkiblat pada sesuatu yang bukan hatinya memilih. Dalam banyak hal, sebenernya Onci menuruni sifat papanya, kedermawanan, tidak suka berprasangka buruk pada orang lain, dan mudah sekali tersentuh hatinya.
Sering kali kedua orang tuanya menggelengkan kepala mengetahui pengeluaran Onci yang mendadak membengkak, dalam sebulan telah mencapai belasan juta, mereka hanya mengkhawatirkan putri semata wayangnya yang baik hati dimanfaatkan oleh orang-orang yang hanya mengambil keuntungan.
"Aku nggak tega sama temenku, uang usahanya dibawa oleh temennya pula, dia ditipu Pa.. "
Entah siapa membohongi siapa, namun kedua orang tuanya tahu, bahwa Onci sama sekali tidak memiliki niat untuk memanipulasi mereka, mereka justru merisaukan tampaknya Onci menikmati betul sifatnya yang welas asih didukung pendanaan besar orang tua, sehingga ia bebas mau menolong siapa. Tak perduli berapa banyak orang tertipu, ia hanya berpedoman bahwa setiap nilai sedekah akan berlipat ganda pengembaliannya, lagi pula ia tahu Tuhan tahu mana niat yang palsu dan asli, jadi Dia tak akan salah memberikan balasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dari Langit [Completed]
RomanceThere are million reason for me to leave you. But i never do that for one reason because i love you. O'on