Di samping tempat tidur ia tatapi wajah yang selama ini menyimpan pesona kerinduan dan letupan jantung yang terus berdebar saat mereka melalui hari-hari secara bersama, seapiknya ia memendam rasa, masih saja ia ceroboh memaknai rasa sayang pada sahabatnya. Onci menangis sesenggukkan, hampir saja ia kehilangan kehidupan, jika harapan yang selama ini ia bangun dan ia jaga sepenuh jiwa pergi dalam keabadian, dia tidak akan pernah rela, dia tak akan pernah bisa.
"Why are you crying?" Suara lemah terbata dengan wajahnya memucat menoleh kekanan tak jauh dari kepalanya , terlihat Onci sesenggukkan menangkupkan kepala di atas kasur tempat sahabat nya berbaring.
Onci tersenyum saat satu-satunya alasan ia untuk tetap bertahan hidup itu tersadar dalam melewati masa kritisnya lebih dari 24 jam. Onci tak mampu menjawab. Puluhan rasa syukur terpanjatkan saat ia tahu kini Aprilnya telah mampu menggerakkan beberapa anggota tubuh termasuk tangan yang ia pergunakan untuk mengusap lembut kepala Onci.
"Istirahat dulu Pril, kamu masih lemah.."
"Aku baik-baik saja On, bahkan bisa bangun dari tempat tidur ini"
"Jangan bandel Pril, kamu masih lemah, bahkan dokter masih akan menambah satu kantong lagi transfusi darah kamu, jadi berbaringlah dulu!"
"Menambah, apa sebelumnya dokter melakukan transfusi darah ke aku?"
Onci mengangguk berdiri membetulkan selimut yang dikenakan April dan menaikkannya hingga ke dada.
"Aku juga menghubungi papa mama kamu, tapi mereka nggak ada di Indo, mereka ada pertemuan bisnis di Malaysia, nanti sepulang mereka dari sana, kita jenguk mereka ya"
"Nggak usah On, cukup jangan hubungi mereka lagi..!" Kalimat itu dipertegas pada siluet wajah April yang terlihat tidak suka.
"Kamu nggak boleh gitu, mereka pasti merindukan kamu"
April menatap wajah Onci, gadis itu akan selalu berada dalam pemikiran baiknya. Oncinya lebih mengutamakan berbaik sangka ketimbang berpikiran buruk pada sesama, tapi April tidak suka, karena tidak semua harus dituruti baik jika hanya menjadikan kamu pengemis dihadapan kedua orang tua yang justru telah membuangnya sebagai sampah.
"Aku akan tetap pada jalanku, biarlah mereka pada pilihan mereka, saat kamu ke kantor, puluhan kali aku menghubungi mereka bahkan meninggalkan pesan, tapi nggak satupun mereka balas dan bersambut baik, mereka benar, aku bukan anaknya lagi, jadi berhenti untuk mengemis"
Onci merapatkan tubuhnya kesisi tempat tidur membungkukkan sedikit tubuh dan mengecup kening April.
"Trus itu yang bikin kamu stress? "
"Aku nggak stress On, jangan sok ngeramal deh!"
"Trus itu yang bikin beban pikiran kamu bertambah dan nggak sedikitpun kamu mau berbagi dengan aku, terus kamu masih anggep aku temen pengkhianat yang ngenusuk kamu dari belakang, dari dulu hingga sekarang kamu masih saja ngeanggep aku jalang?"
"Onci apa-apaan sih, stop nggak"
"Kamu dingin Pril, nggak kayak dulu, padahal aku selalu biasa aja sama kamu, aku hanya bingung memperlakukan kamu seperti apa, jika setiap apapun yang aku jelaskan ke kamu masih saja kamu nggak pernah percaya, seberapa dalam luka yang ditinggalkan Yansen sampe kamu nggak bisa moveon seperti ini, setiap kali aku bicara setiap kali juga aku lihat tatapan kamu kosong, aku nggak pernah ada. Aku nggak pernah minta kamu anggep lebih, cukup anggep sahabatpun dan ngelihat aku ada, aku udah bahagia, dulu saat aku belum tahu kamu mencintai Yansen memang aku selalu godain kamu, berharap bahkan kamu sambut cinta aku, tapi semuanya berubah saat Yansen datang, dan aku bahagia, karena kamu menemukan dunia yang membawa hidup kamu lebih hidup dari sebelumnya, apa kamu dapati aku berubah, baik dari cara aku memperlakukan kamu dan sikap aku ke kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dari Langit [Completed]
RomanceThere are million reason for me to leave you. But i never do that for one reason because i love you. O'on