~Helena POV~
"Eh, Mel. Gue kasihan deh sama Haikal." Ucapku.
"Lah, napa? Tumben amat.." Tanya Amel.
Sekarang adalah pelajaran Bahasa Indonesia, nama gurunya Bu Suci. Ia baik, tapi tegas. Dan sekarang, kami sedang di beri tugas, tapi beliau pergi meninggalkan kami.
"Abisnya, liat napa tuh. Anak-anak yang lain ngerjain bareng. Lah dia? Sendiri aja di pojokkan." Jelasku.
"Udah biasa kali Hel. Emang dia begitu, mungkin sifat dia jelek kali." Kata Amel.
"Ah, masa? Menurut gue dia baik kok. Waktu itu aja pas gue lagi di ruang musik sendiri, mau belajar gitar. Dia ngajarin gue." Kataku.
"Mungkin pandangan orang beda-beda." Balas Amel.
Lalu Bu Suci masuk kedalam kelas kami.
*teett..teett..*
"Oh ya anak-anak, lusa, sekolah kita akan mengadakan classmeeting. Jadi yang memiliki bakat pada beberapa cabang olahraga, diharapkan bisa berpartisipasi. Saya permisi, Assalamualaikum." Jelas Bu Suci.
"Wa'alaikum salaam.." Jawab seluruh murid satu kelas.
"Lo mau ikut apaan Hel?" Tanya Utami.
"Gak tau, paling basket." Jawabku.
"Kalo ada volly gue ikut ahh.." Ucap Amel.
"Gue mau ikutnya bulu tangkis." Ucap Nabila.
"Gue apa ya.. Gak tau ah, penonton bayaran aja.." Ucap Putri.
"Males lo mahh.." Ucap Amel pada Putri.
Saat itu aku melihat Haikal yang sedang duduk sendirian di pojok kelas, aku pun memutuskan untuk menghampirinya.
"Kal, lo kenapa dah?" Tanyaku pada Haikal.
"Maksud lo?" Tanya nya.
"Yaa maksud gue, kok lo gak main sama yang lain?" Tanyaku lagi.
"Yaa gua sih mau, tapi mereka gak mau.." Jawab Haikal.
"Ah masa? Kayak nya mereka baik-baik aja ah.." Balasku.
"Ya kan lo gak pernah ada di posisi gua.." Ucapnya.
"Tapi gue tau apa yang lo alamin." Ucapku.
"TAPI LO GAK PERNAH, GAK AKAN PERNAH ADA DI POSISI GUA!! JADI LO TUH ENAK!!" Teriak Haikal.
"..." Aku tak bergeming.
"Maaf, gua kelepasan. Tapi, jadi lo tuh enak Hel. Semua orang care sama lo. Lah gua? Gak ada, bahkan ibu gua gak sayang sama gua." Ucap Haikal.
"Kal, ibu lo tuh sayang sama lo.." Ucapku.
"Kalo dia sayang sama gua, kenapa dia ninggalin gua?!?!" Ucapnya lagi.
"Karena itu udah takdir, dia ngelakuin itu pasti karena ada alasannya. Ibu lo di panggil tuhan, mungkin itu udah jalan terbaik buat lo Kal." Jelasku.
"..." Kali ini Haikal yang tidak bergeming.
"Lo bener, gue emang gak pernah ngerasain yang lo alamin. Tapi bagian yang lo bilang bahwa jadi gue tuh enak, lo salah. Lo gak pernah tau hal sulit apa yang nimpa gue. Karena gue gak mau terlihat sedih atau kecewa depan temen gue.." Jelasku lagi.
"Iya Kal. Maafin kita, kita pikir lo tuh gak mau deket sama kita-kita." Ucap Danu yang tiba-tiba datang.
"Iya Kal." Sahut Awan, Zhafran, Santo, Firdaus, Stevano, Araf, Nanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfinished Journal ✅
Teen Fiction[COMPLETED] Menceritakan tentang kehidupan remaja di Sekolah Kita yang penuh dengan suka dan duka.