Bon Chap (2)

707 23 42
                                    

~Putri POV~

"Ahahhaaa.. Anjir, gak direstui, sadis amat anjay." Ucap Santo yang diikuti tawaan olehku dan teman-temanku. "Iyaa.. Gue gak di restuin, karena kata mamahnya Vivi gue gak mirip sama artis korea yang dia suka." Ujar Firdaus.

Barusan Firdaus cerita bahwa mamahnya Vivi tadinya tidak merestui hubungan anaknya dengan Firdaus, alasannya karena Firdaus tidak mirip dengan Gong Yoo, aktor korea favorit mamahnya Vivi.

"Trus, lo apain emaknya Vivi?" Tanya Awan penasaran. "Tiap malem minggu dia temenin mamah gue nonton drama Goblin. Jadi Firdaus udah kayak pacar mamah gue." Jawab Vivi yang di balas tawaan oleh teman-temanku. "Ahahahahaa anjiirr.. Ati-ati ntar naksir lohh.." Ledek Zani.

"Iya tau, sekarang dia lagi suka nemenin mamah nonton drama DOTS. Suka kesel gue." Ucap Vivi. "Tapi sayang kan?" Ledek Firdaus sambil mencolek dagu Vivi. "Hushh husshh.." Ucap Danu. Tiba-tiba ponselku berdering, dan nama Damar tertera di sana. Aku pun mengangkatnya.

"Halo?" Ucapku.

"Put, aku ada di depan ya." Ucap Damar.

Memang setelah acara reuni ini, Damar akan datang menjemputku, tapi aku tidak menyangka akan secepat ini.

"Oke.." Balasku lalu mematikan panggilan kami.

"Guys, gue duluan ya."

"Ih, buru-buru amaat.." Ucap Utami.

"Au lo.." Lanjut Amel.

"Gue ada janji." Balasku.

"Ama siapa tuuhh..??" Goda Raissa.

"Damar. Udah ya guys, byee.. Makasih buat semuanya!!" Ucapku sambil berjalan keluar restoran. Di luar restoran, aku dapat melihat mobil milik Damar, lalu aku masuk kedalam mobilnya.

"Gimana tadi reuni nya?" Tanya Damar sambil menjalankan mobilnya entah kemana.

"Seru, banyak hal yang gak aku duga terjadi. Tadi sempet foto-foto juga kok." Jawabku.

"Maaf ya aku gak bisa ikut kamu reuni, ada kerjaan tadi di kantor." Ucap Damar sambil mengusap kepalaku.

"Iya, gak pa pa. Kamu jemput aku aja, juga aku seneng kok." Balasku lalu Damar tersenyum.

"Kita mau kemana sih?" Tanyaku.

"Umm.." Damar tampak berfikir, "Suatu tempat yang bakal kamu suka."

"Yaudah, aku ikut aja." Balasku.

Beberapa saat kemudian, Damar membawa kami masuk ke gerbang tol menuju puncak. Padahal jam telah menunjukkan pukul 6 sore.

"Dam, kita mau kemana sih?" Tanyaku penasaran.

"Kan aku udah bilang, tempat yang kamu suka." Jawab Damar.

Aku terdiam, dan hanya menuruti Damar padahal aku tidak tau kami akan kemana. Setengah jam berlalu, dan Damar memberhentikan mobilnya di pinggir jalan tol dan menyuruhku turun.

"Kamu tutup mata ya. Nanti aku bimbing kamu jalannya." Ucap Damar sambil menutup mataku menggunakan tangannya. Kami berjalan kira-kira sejauh 200 meter.

"Dam, kok aku takut ya?" Tanyaku yang masih ditutup matanya dengan tangan Damar.

"Ih, kan aku bimbing kamu.. Aku bimbing kamu gini aja kamu takut, gimana kalo aku jadi imam kamu?" Ledek Damar.

"Iihh, bukannya gitu.. Abisan rasanya kita kayak jalan kehutan, kan aku takut." Balasku lalu memanyunkan bibirku.

"Hehehee.. Bentar lagi nyampe kok. Nah, itu tempatnya." Ucap Damar.

Unfinished Journal ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang