Please Voment👧
Snow Pov
Aku duduk di dapur sendirian. Menunggu Jason. Aku berniat makan bersama dia namun dia tidak datang datang. Makananku sudah dingin, namun aku tidak peduli. Tidak lama Hiskia datang. Aku benar benar tidak menginginkan dia datang.
"Kau baru mau makan siang?" Tanyanya.
"Iya." Jawabku. Ia berjalan mengambil air di belakangku dan meminumnya. Lalu ia duduk disampingku.
"Kenapa kau belum makan?" Tanyanya.
"Aku memikirkan Prim." Aku bohong. Aku terpaksa, karna pasti dia akan mengejek Jason lagi.
"Dia sudah tidak apa apa. Makanlah." Katanya. Namun aku diam saja melihat makananku. Hiskia melihatku heran.
"Apa Jangan jangan kau Menunggu Jason?" Katanya dan membuatku menatapnya cepat. Aku menggigit bibirku. Dia tertawa, hampir menyeringai.
"Aku tak percaya. Apa kau menyukainya?" Tanyanya. Namun aku tidak menjawab. Dia bangkit sambil membanting gelas dengan keras keatas meja hingga aku kaget. Dia pergi.
Baru saja dia pergi, Bunda Muda datang.
"Oh, Snow. Kau baru makan?" Tanyanya ketika melihatku.
"Ya, begitulah." Kataku. Dia tidak bertanya lagi lalu menyiapkan piring dan Meminta makanan pada pembantu. Aku menoleh.
"Bunda Muda juga baru mau makan?" Tanyaku. Dia melihatku lembut dan tersenyum.
"Tidak. Aku memberikan pada Jason. Dia belum makan dan aku menghukumnya."
"Dia dihukum? Dimana?" Tanyaku. Diam sejenak. Ia seperti sedang berpikir.
"Itu rahasia. Kecuali kau pacarnya." Kata Bunda Muda. Tidak lama seorang pembantu memberikan piring yang berisi makanan pada Bunda Muda. Ia berterima kasih.
"Aku pergi dulu, ya. Selamat makan." Kata Bunda Muda dan pergi. Aku menghela napas. Melihat makananku. Seharusnya aku sudah memakannya. Untuk apa aku menunggunya.
Sehabis makan, aku berkeliling halaman. Memutari rumah besar ini. Rumah yang besar yang ditinggali banyak orang dan banyak orang aneh didalamnya. Aku berkeliling sampai aku berhenti pada sebuah halaman dekat kebun. Melihat jendela kosong, jendela yang tidak ditutupi oleh gorden. Aku sejenak berpikir dan teringat akan lemari. Lemari yang Ingin sekali kubuka.
Darahku memanas, aku merasakan detak jantungku. Aku Ingin sekali tau apa isi lemari itu. Aku benar benar penasaran, seperti ada keganjilan pada lemari itu.
Aku berbalik. Jalanku cepat, hampir berlari. Aku Ingin membuka lemari itu apapun yang terjadi. Kali ini aku harus tau. Seperti Kata Alenda, Zeus pasti melindungiku. Kali ini aku akan membuka lemari besar itu, mengetahui rahasianya. Keganjilan yang terasa mendalam akan ku buka.
Aku naik tangga dengan cepat namun diam. Aku takut ada yang tau. Aku takut kalau aku ketahuan lagi.
Kini pintu itu sudah dihadapanku. Aku membukanya dengan yakin. Klik. Pintu itu tidak terkunci. Jantungku berdetak keras. Aku melihat sekeliling. Sepi. Dengan pelan aku membuka pintu itu. Aku melangkah pelan memasuki ruang itu. Tercium aroma debu. Kain Kain itu masih menutupi benda benda seperti biasa. Dan Kain itu pula menutupi lemari besar itu. Aku melangkah pelan kearah lemari itu. Jantungku berdetak sangat kuat. Rasanya ingin kubatalkan niatku, namun aku benar benar penasaran. Tak bisa ditahankan.
Aku membuka Kain yang menutup lemari tua besar itu hingga ke lantai. Lemari itu Kini tepat dihadapanku. Ia seperti ingin melahapku. Jemariku dengan berani menyentuh gagang lemari dan menariknya. Pintunya belum mau terbuka. Aku menariknya lagi dengan sekuat tenaga dan akhirnya terbuka, mengeluarkan bunyi yang memilukan. Aku takut seseorang atau paman Crush datang.
Namun, Kini aku benar benar takut. Sangat takut, aku terkejut hampir berteriak. Aku harus tenang! Tenang!
Lemari itu berisi baju baju penuh darah yang tak pernah di bersihkan, sebuah kain putih yang dinodai banyak darah dan sebuah toples bening. Toples bening berisi mata. Ya! Bola mata! Ada air didalamnya hingga membuat mata itu melayang. Mata yang memiliki lensa hitam. Aku mual dan mau muntah. Aku berbalik.
Kini jantungku mau keluar. Seseorang duduk disofa dengan gitarnya. Ia memakai topeng, namun mata kirinya ditutupi juga dengan topeng, sehingga yang kelihatan hanya mata kanannya. Bahkan mulut dan hidungnya tidak diberi ruang.
Malam yang indah, tak tampak cahaya bulan..
Ini waktunya kah? Waktunyakah?
Mencintai seseorang tak ada guna
Membunuh itu dosa namun aku suka
aku memang tak Mencintai Seorang gadis, namun aku suka mempermainkannya..
Ini waktunya kah? Waktunya kah?
Siapa selanjutnya?Aku benar benar terkejut. Orang itu. Orang yang malam itu.
"Kau ingat lagu itu?" Tanyanya dingin.
"Siapa kau?" Tanyaku. Menatap dalam mata hitamnya.
"Kau berani masuk ruangan ini tanpa Meminta ijin. Apa mungkin kau tidak tau? Tentang tempat ini?" Katanya dengan suara yang masih dingin. Aku diam, Menunggu ia berbicara lagi.
"Ahh~~ karna kau anak baru, ya?" Lanjutnya.
"Apa yang kau mau?" Tanyaku. Jantungku berdetak keras. Ia lalu menaruh gitarnya di sampingnya.
"Apa yang ku mau? Apa kau tidak menyesal bertanya seperti itu? Karna yang ku mau adalah dirimu. Jantungmu. Dan matamu." Katanya sangat dingin hingga membuat bulu kudukku berdiri. Ia lalu merogok kedua sakunya. Dan ia mengeluarkan pisau. Dua pisau dari kedua sakunya. Aku lalu melirik ke pintu. Pintu itu tertutup. Bukan aku yang menutupnya, tadi aku membiarkannya terbuka.
"Jangan pernah berpikir bahwa pintu itu tidak terkunci, sayang. Aku tidaklah bodoh." Katanya. Ia berdiri dan melangkah santai. Aku mulai ketakutan. Aku berbalik dan mengambil toples berisi mata itu, lalu alih alih ingin melemparnya. Melihat gerakanku, dia berhenti.
"Jangan pernah mendekat atau akan ku lempar toples ini!" Kataku dengan suara gemetar. Diam sejenak. Dia tertawa walau aku tidak dapat melihatnya tertawa.
"Aku tidak butuh itu, aku butuh mata biru jernihmu itu!" Katanya lalu tertawa lagi. Ia berjalan santai lagi. Jantungku berdetak kencang, memenuhi telingaku. Aku lalu melirik sekilas kearah jendela kaca yang tertutup. Dia semakin dekat. Jalannya lamban namun terasa cepat.
Tanpa berpikir lagi, aku berlari, awalnya aku menujunya dengan toples itu, lalu berbelok. Menabrak jendela itu hingga pecah. Suara nyaring terdengar. Aku terjatuh ketanah sambil memeluk toples itu. Aku melihat keatas. Orang itu berdiri dan siap siap melompat juga. Aku cepat cepat berdiri dan berlari. Gawat! Dia mengikutiku! Dia Ikut berlari mengejarku. Lariku di percepat. Sedikit lagi aku berbelok ke halaman, tempat bermainnya anak anak kecil.
Aku mendengar tawanya. Sedikit lagi. Aku terus berlari melewati halaman dan akhirnya masuk. Nafasku tersenggal senggal. Aku terhosa hosa.
"Snow? Apa yang kau lakukan?" Suara berat yang membuatku terkaget.
"Hiskia!" Aku ingat memegang toples berisi Bola mata. Aku menyembunyikannya di punggungku. Hiskia menyadarinya.
"Apa yang kau-"
"Aku harus pergi!" Kataku cepat cepat dan berbalik, memegang toples itu didepan perutku dan mengisinya dalam baju.
To be Continue..
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret House
Mystery / ThrillerSnow. Anak nakal yang dikeluarkan dari asramanya. Dan sekarang ia harus tinggal bersama paman Crush. Rumahnya besar dan penuh misteri. Bahkan kutukan. Misteri apa yang ada dalam rumah paman Crush? Apa yang terjadi pada Snow, si gadis nakal itu? lan...