Bagian 14

3.8K 335 16
                                    

Aku mulai mengerjakan semua pr ku. Alenda yang sedang menyusun pazelnya mulai terheran heran melihatku yang bersemangat mengerjakan pr.

"Apa tadi malam kau mimpi buruk lagi?" Tanyanya membuka percakapan.

"Tidak."

"Tadi malam kau mimpi apa?" Tanyanya lagi.

"Entahlah. Aku tidak bermimpi apa - apa."

"Kau tidak memimpikan aku?"

"Oh! Mungkin!" Kataku. Ia semakin heran dan mulai mendekatiku. Ia tidak mengejutkanku atau apapun. Ia hanya sedikit menunduk melihatku yang cepat - cepat mengerjakan pr. Ia memandangku dengan ekspresi kosong. Aku tidak peduli padanya. Pr ku banyak, dan aku harus menyelesaikannya sebelum pukul 4 sore.

"Wah.." katanya. Matanya berbinar - binar memandangku. Aku tidak peduli. Aku tetap melanjutkan mengerjakan tugasku.

"Apa ini namanya? Sejenis apa? Cinta? Jatuh Cinta?" Kata Alenda. Aku tiba tiba berhenti. Dia sudah memulai omong kosong. Aku menghela napas kasar.

"Gadis 10 tahun sudah mengenal cinta,huh?" Kataku memutar bola mataku lalu lanjut kerja lagi.

"Uuu~~ lihatlah tangannya yang menulis cepat, berharap pekerjaannya selesai dan mulai bersiap - siap.. Uuu~~~ kencan ya?" Katanya. Aku biarkan dia. Lalu ia melihat pergelangan tanyanya yang seolah - olah sedang melihat arloji yang menggantung disana, lalu mengatakan

"Padahal baru pukul 2 siang. Kau pergi pukul berapa,huh? Kencanmu pukul berapa 'Snow yang sedang Jatuh cinta'? Hahahahah.." Katanya mengejek dan tertawa. Aku memutar bola mataku lagi dan menghela napas panjang, berhenti melakukan kegiatanku mengerjakan pr.

"Alenda, apakah kau bisa membantuku?" Kataku dengan suara anak kecil yang dibuat - buat.

"Apa itu,darling? Menyiapkan gaun?" Balasnya mengejek dan suara yang dibuat - buatnya.

Aku lalu berbalik padanya, membesarkan bola mataku dan menggertakan gigiku.
"Buatkan pr ku??" Tanyaku. Dia menari dan menjauh dariku.

"Tidak mau.." Katanya dan terduduk dilantai, bermain puzelnya. Aku menghirup napas. Akhirnya.

.

Aku selesai mengerjakan pr. Aku mulai bersiap siap. Alenda yang baik, ia memutar lagu bersemengat, membuatku bersemangat untuk bersiap siap. Aku mulai membuka lemariku, mengukur setiap kaos dan kemeja. Mengukur setiap celana dan rok. Mengukur sepatu yang bagus(walau aku hanya memiliki 2 sepatu, sepatu sekolah dan sepatu untuk jalan) dan mengukur apa aku sudah cocok dengan apa yang kupakai.

Aku Akhirnya memakai kemeja putih agak panjang berlengan panjang dan celana hitam panjang dan memakai sepatu satu - satunya untuk jalan - jalan. Aku merias wajahku, yah, Alenda yang baik (lagi), dia membantuku untuk merias wajahku, walau itu hanya sedikit krim dan bedak tipis serta lipstik pink. Namun itu membantuku. Aku sangat berterima kasih padanya. Aku lalu memakai arloji mungilku yang tak pernah ku pakai itu, dan tas gantung kecil untuk menghias bahuku. Aku siap.

Aku membuka pintu kamar.

"Good luck, Snow." Kata Alenda ketika hendak keluar. Aku hanya tersenyum manis padanya. Lalu aku keluar menutup pintu kamar. Ini pertama kalinya, seseorang mengajakku keluar. Walau hanya di pasar malam, namun aku rasa ini istimewa. Aku tak pernah diajak jalan - jalan.

Aku menuruni tangga dengan deg-degan. Ada rasa senang yang ragu - ragu menyelimuti diriku. Aku senang aku bisa jalan - jalan. Ini pertama kalinya aku jalan - jalan.

Aku melihat Jason di dasar. Memakai kemeja putih berlengan pendek dan jins hitam. Bahunya menggantung tas samping. Ia menungguku. Dia lalu tersenyum padaku ketika melihatku turun.

The Secret HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang