bagian 33

4.5K 373 60
                                    

Hello readers 👦👧👨👩👴👵
Jangan lupa di vote ya? 😸😻

Namanya Sheilla Park. Berambut coklat dan panjang, bermata coklat, tubuh ramping dan berkulit sedikit pucat. Umurnya lebih muda dariku, sekitar 12 atau 13 tahun. Dia lebih mencintai dunia kerja dari pada pendidikan dengan usia jagungnya. Waktu pagi hingga siang ia sekolah dan lanjut mencari uang dengan bekerja sambilan di toko pakaian kemudian malamnya menjadi musisi di klub atau cafe.

Dia gadis mandiri. Dia sepupu jauhku. Kami tidak pernah akrab karena jarang sekali berada dirumah.

Gadis yang malang. Gadis mandiri itu terbaring naas di halaman dengan leher yang patah dan matanya yang berusaha melihat kearah jendela.

Jason menggelengkan kepalanya tak percaya dan langsung memelukku, membalik tubuhku agar tak melihatnya.

Tubuhku bergetar ketakutan. Aku meremas telapak tanganku sendiri, menahan tangisan.

"Kenapa kematian selalu dipertontonkan seperti ini?" Kataku dengan suara serak.

"Itulah mengapa ia mengirimmu surat." Balas Jason. Aku mendorongnya pelan dan menatapnya bertanya.

"Surat? Surat yang dikirimkan untukku dengan tulisan berdarah?" Tanyaku.

"Ya. Dia mempermainkanmu dengan nyawa orang lain."

"Itu keterlaluan." Kataku.

"Memang."

Aku lalu teringat sesuatu.

"Jason. Aku tau apa yang harus dilakukan." Kataku.

"Apa?" Tanyanya dengan dahi berkerut.

"Sebelum itu, maukah kau menemaniku ke suatu tempat? Kita harus ke sana segera mungkin. Aku tau kemana harus aku pergi." Kataku. Dia mengangguk setuju.

"Kemanapun kau pergi, aku juga ikut." Katanya. Aku mengangguk dengan cepat dan berjalan melewatinya.

"Kalau begitu ayo kita bersiap sekarang." Kataku. Jason otomatis mengikuti aku. Aku berjalan cepat menuju kamarku untuk bersiap.

"Ya dewi!" Jantungku berhenti seketika.

"ALENDA!" Aku berteriak keras melihat Alenda yang terikat di kursi depan meja belajarnya.

Aku berlari dengan tangisan histeris dan mencoba membuka ikatan yang menjerat Alenda.

Jason datang dan membantuku untuk melepaskan talinya.

Terlihat  lebam di kedua sisi tangannya, memperlihatkan tanda tali. Sebuah sayatan panjang yang berantakan di wajahnya, lehernya penuh luka tusukan, seperti tusukan pisau yang ditancap secara acakan membuat luka basah yang dalam, kemudian jari - jarinya, tidak ada lagi kuku hingga hanya tertinggal daging berwarna putih pucat.

Aku lalu menemukan sebuah kertas kecil tertempel pada lidahnya. Isi kertas itu 'mata seorang peramal itu haram'

Psycopath gila!

Aku menangis dengan histeris dan terus saja menyebut nama Alenda. Aku tak bisa melihat Alenda mati seperti ini. Alenda mati dengan sangat mengerikan dan disiksa seperti binatang. Aku harus membalas dendam Alenda. Betapa Menderitanya dia. Aku Akan membunuhmu dengan tanganku sendiri,Arthur!

.

"Aku tau ini pasti sangat berat." Kata bunda Muda.

Siang ini paman mengubur mayat Sheilla, tapi tidak mengubur Alenda karena permintaanku. Aku meminta paman untuk dibakar mayatnya dan abunya diberikan padaku untuk aku letakan pada suatu tempat sebagai peristirahatan terakhir. Aku mengatakannya atas dasar permintaan terakhir Alenda sebelum meninggal dan paman sama sekali tidak keberatan.

The Secret HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang