bagian 38

1.1K 96 54
                                    

Hello readers♡♡

Arthur membuka pintu ruangan pribadinya. Ruangan yang gelap dan hanya diterangi dengan cahaya lilin di berbagai sisi.

Ada satu sisi ditengah - tengah ruangan tersebut, membentuk lingkarang dan tengahnya berbentuk lagi bintang bersegi enam dan ditengah lingkaran bintang itu bertuliskan 666. Sekeliling dari lingkaran itu juga dikelilingi dengan gelas - gelas kaca berukuran kecil yang didalamnya terletak bola mata yang diawetkan.

Arthur melangkah dengan seringai, menunduk dengan hormat entah oleh siapa.

"Aku persembahkan nyawa penuh dosa, agar kelak aku dapat menghukumnya." Kata Arthur.

Ia melangkah memasuki ruangan itu lebih dalam. Ia melangkah ke sebuah meja. Menyuntikan obat pengawet pada bola mata yang baru ia congkel.

Kemudian ia melangkah ke arah lingkaran yang berada ditengah - tengah ruangan itu. Lalu ditaruhnya bola mata itu. Ia mengucapkan beberapa kalimat yang asing didengar. Semacam bahasa latin.

Kemudian, terlihat angka 666 ditengah - tengah bintang itu memerah. Bercahaya semerah darah. Namun angka 6 yang terakhir tidak bersinar sepenuhnya. Menandakan belum genap perjanjiannya.

Tak lama, dadanya merasakan kesakitan yang luar biasa. Jantungnya seperti di genggam seseorang lalu diremas pelan. Darah mengalir sangat cepat, keringat terus - menerus keluar. Arthur berteriak kesakitan. Seperti orang sekarat sekaligus orang sakit jiwa. Ia bergeliat di lantai, meminta pertolongan entah pada siapa.

Tiba - tiba telinganya bergeming hebat sehingga ia tak dapat mendengar apa - apa.

"Terlalu lama,Arthur." Sebuah suara di alam bawah sadarnya.

.
.
.

Sementara di tempat lainnya dalam waktu yang sama. Nona Kim berjalan menelusuri lebih dalam rumahnya. Aku dan Jason mengikutinya dari belakang.

Setiap ruangan dalam rumah nona Kim hanya di teringai lilin - lilin yang teduh. Yang digantung beberapa sudut sebagai pengganti lampu. Katanya untuk mengirit pengeluarannya.

Ia membawa kami kesebuah ruangan bawah tanah dengan jalan masuk melalui sebuah kamar yang terhubung dengan tangga. Kamar itu dirombak menjadi sebuah lorong gelap dan menyeramkan tanpa ada satu cahaya pun untuk menerangi jalannya menuju ruang bawah tanah.

Maka itu, disisi samping pintu, ada sebuah tembok kayu yang jika kau tak jeli melihatnya kau tak akan tau bahwa tembok kayu berbentuk persegi empat dibalik pintu adalah sebuah laci yang menyimpan berbagai alat penerangan untuk berjalan dalam lorong gelap itu.

"Sudah sangat lama aku tak bertamu kesini" kata nona Kim sambil mengambil beberapa lilin untuk diberikan pada kami untuk menerangi jalan kami.

"Kapan terakhir kali kau kesini?" Tanya Jason. Nona Kim memberikan sebuah lilin pada Jason dan menyalakan api pada sumbu lilin itu.

"Kapan ya? 2 bulan yg lalu mungkin? Atau lebih lama?" Jawabnya. Nona Kim lalu memberikan sebuah lilin lagi padaku dan menyalakannya. Kemudian dia mulai berjalan dahulu, membimbing kita untuk masuk lebih dalam ruangan ini.

"Aku mempergunakan ruangan ini untuk belajar. Belajar mempelajari ilmu hitam demi mengetahui keberadaan Arthur. Namun ujung - ujungnya aku bertemu dengan almarhum nenekku dalam sebuah ritual. Kami mengobrol banyak dan ia menceritakan sedikit rahasia tentang kegelapan. Kata terakhirnya padaku hanya 'kau sia - sia saja' . Aku memang tak mengerti, namun baru kusadari memang aku sia - sia mencarinya. Karena sebenarnya Arthurku sudah mati." Kata Nona Kim sambil masih tetap berjalan.

The Secret HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang