bagian 26

3.8K 335 48
                                    

Snow POV

"Snow! Snow! Kau dimana?!" Teriakannya makin nyaring terdengar. Kakiku secara otomatis berlari kearah suara itu.

Dari kejauhan dapat kulihat tubuh mungil yang dibalut dengan baju berbahan tebal berwarna merah pekat dan seorang pria dengan postur tubuh tinggi, tegap dan berbahu lebar yang berjalan dibelakang gadis mungil itu. Kepala dan mata mereka mencari - cari sosok yang hilang.

Aku melambaikan tanganku, berharap mereka melihatnya. Alenda yang pertama melihat lambain tanganku. Dengan cepat ia berlari kearahku,bahkan ia hampir terjatuh karena licinnya tanah. 

Ia berlari kearahku, ingin sekali aku memeluknya. Namun ia menggerakan tubuhnya, memberi peringatan agar aku tidak menyentuhnya. Aku memandangnya heran.

"Kau basah." Katanya. Aku hanya tertawa kecil. Jason datang dari belakang. Ia menghela napas lega ketika melihatku.

-SKIP-

"

Dasar bodoh! Sudah ku bilang'kan?! Dasar bodoh! Bodoh! Bodoh! Mengapa kau keras Kepala sekali?! Apa kau benar - benar mau mati,hah?" Badanku semakin bertambah sakit, apalagi ditambah dengan pukulan Alenda di punggungku.

"Hei!! Tubuhku sakit!" Bentakku yang sukses membuatnya sedikit terlompat.

"Berhentilah bertengkar. Minumlah ini, ini membuat tubuhmu hangat." Jason membawa napan berisi teh yang lalu di berikan padaku.

Aku sudah mengganti pakaian kering dan menjemur yang basah, aku bahkan mandi air panas yang disiapkan Alenda. Alenda yang baik hati. Tumben.

"Lalu dimana Arthur?" Tanyaku di sela - sela minumku.

"Sepertinya ia tidak akan kembali. Apalagi ia sudah dicurigai polisi. Ya, walaupun aku juga dicurigai." Kata Jason. Aku dan Alenda otomatis berbalik padanya.

"Kau juga?" Sambung Alenda. Jason mengangguk.

"Ya. Alasannya kuno. Karena aku tidak punya salah satu mataku jadi bisa saja aku yang mencongkel mata mereka sebagai balas dendam dan rasa ketidakadilan." Kata Jason. Aku menghela napas kasar.

"Kau harus sabar. Mereka hanya tidak tau siapa dirimu sebenarnya. Mereka hanya menilaimu dari luarnya saja." Kataku. Ia lagi - lagi hanya mengangguk.

"Omong - Omong, habis ini, kalian akan diintrogasi. Tinggal kalian yang belum diintrogasi." Kata Jason. Secara bersamaan kami mengangguk. Aku menegak tehku hingga habis.

.

Aku berbaring dikasurku yang empuk setelah melakukan introgasi dengan polisi dan detektif.  Ingin sekali menutup mataku dan beristirahat sedikit. Namun ada sesuatu yang mengganjal pikiranku.

Alenda yang sedang duduk dimeja belajarnya mungkin saja sadar jika aku memikirkan sesuatu sehingga ia berbaring disampingku.

"Apa yang ada di kepalamu?" Tanyanya pelan,hampir berbisik disebelahku. Aku menoleh.

"Ada hal yang mungkin penting. Namun aku tidak tau harus dari mana mulainya." Kataku sama pelannya.

Hening sesaat. Ia menyentuh tanganku.

"Ada yang ingin kutunjukan padamu." Katanya lalu menarik tanganku agar mengikutinya. Aku bangun dan mengikutinya. Ia membawaku ke meja belajarnya.

The Secret HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang