"Carla, mau sampai kapan? Sampai kapan kamu menanyakan itu? Kau sudah mempunyai ibu disini, keluargamu lengkap. Kau berpendidikan, kau punya penghasilan. Nama belakangmu EDWARD. Tak ada yang dapat mengubah itu, jadi sekarang, tidur dulu baru nanti ibu bangunkan saat makan malam ya?" Ucap tasya
"Ibu kumohon, beritahu aku. Kalau aku sampai tahu sendiri nanti aku tak bisa memaafkan ibu." Ucap carla memegang tangan ibunya
"Ibu akan cerita pada saat yang tepat. Saat kamu menikah dan membuat ibu bangga, ibu akan cerita saat itu juga. Jadi ibu mohon, jangan tanyakan itu lagi. Ibu tahu kau mau merasakan kasih sayang ibu yang mengandungmu selama sembilan bulan. Tapi, kata orang yang membesarkan lebih penting dibanding melahirkan. Karena dalam membesarkan, kita menunjukkan cara mendidik anak yang baik. Ibu sangat menyayangimu, bahkan suatu saat ibu takut akan kehilanganmu. Ibu tak mau mimpi ibu jadi kenyataan. Jadi untuk itu, berjanjilah kau takkan meninggalkan ibu walau kau sudah menikah nanti." Jawab tasya dan meninggalkan carla.
'Apapun yang kau katakan bu, aku akan tetap mencari tahu tentang ibu kandungku.' Batin carla.
***
-John pov-
Hari ini aku super sibuk. Ada banyak operasi hari ini dan banyak pekerjaan. Aku sempat pusing, aku duduk di ruanganku sekarang sambil membuka laptop ku. Tak lama titiana masuk, dia membawa baki berisi makanan.
"Aku tahu kau belum makan siang tadi kan? Dokter, kau harus mementingkan kesehatanmu. Aku mohon makanlah." Ucapnya dengan mata kucing, aku kembali melirik ke laptop ku
"Tunggu setelah tugas ini selesai titiana, sekitar satu jam lagi." Jawabku
"Ayolah, aku tak bisa makan sebelum kau mau makan, ini akan membantumu, ini mungkin bisa membuatmu mendapat energi untuk pekerjaanmu. Kalau kau kesal karena pekerjaan, jangan lampiaskan pada makanan. Kesehatanmu akan memburuk, kau mau makan kan? Ini demi diriku." Ucap titiana sambil mendekat ke mejaku.
"Baiklah. Suapi aku!" Ucapku
"Apa? Dokter kau bukan anak kecil lagi kan?" Tanya titiana bagai disuruh untuk membantu pasien kabur.
"Kenapa? Kalau begitu aku takkan makan." Kataku menolak
"Oh astaga, aku lupa kalau aku disuruh untuk mengganti seprai pasien. Selamat tinggal!" Ucap titiana
"Lain kali coba cari alasan baru! Kalau kuajak sesuatu itu alasanmu titiana." Kataku senyum
"Aku sungguh sungguh lupa dokter." Kata titiana sambil berbalik sebelum menutup pintu
'Drrt drrt'
Aku melihat layar hp ku, 'carla'.
"Halo kak. Kak john, aku mau bicara kak. Kita harus ketemu sekarang kak." Ucap carla
"Apa kau pikir jarak nea york ke seattle bagai jalan ke rumah tetangga?" Tanyaku sambil memakan makanan yang dibawa titiana
"Sekarang kau bersikap santai, tapi setelah mendengar berita dariku kau akan tersedak air saat minum."
"Baiklah. Apa yang mau kau katakan?" Tanyaku
"Kita video call kak." Carla menutup telefon. Aku membuka BBM di hp ku
"Kak, kakak dengerin aku kak. Ok jangan marah jangan kesal. Kakak harus berlutut sama ayah kak." Ucap carla. Aku mematung
"Untuk menikahi titiana harus berlutut? Kau tahu aku bahkan tak pernah berlutut pada tuhan seumur hidupku. Sudah kubilang kan? Kalau ayah tak setuju aku akan kawin lari dan memutuskan hubungan kami." Ucapku mengelak
"Kakak, ibu mengandung kakak selama sembilan bulan. Ibu merawat kakak dan membiayai hidup kakak. Ayah juga sama, sekarang kakak sudah besar, berpenghasilan. Kakak hanya perlu menganggap ini mimpi. Cukup harga diri kakak, ibu rela mengorbankan nyawanya demi kakak. Hari ibu kakak tak pernah mencuci kakinya, kapan kakak akan berbakti kak?" Tanya carla panjang lebar
"Ck, kalau kubilang tidak maka tidak. Sudahlah, aku banyak pekerjaan--"
"Penyesalan itu diakhir kak. Anak kakak takkan punya sepupu, nenek dan kakek. Aku sudah berusaha kak, untuk melakukan keduanya dan sisanya ada padamu. Jangan sia-siakan usahaku kak." Ucap carla memotongku
"Aku tidak mau carla." Tolakku lagi
"Kalau kau sungguh mencintai titiana, maka lakukan. Pupus harapanku untuk yakin kalau kau benar benar mencintai nya. Lakukan pengorbanan mu." Ucap carla, aku teringat sesuatu. Mungkin ini benar
"Beri aku waktu!" Ucapku, aku memutus panggilan
***
Author pov
'Ish, katanya cinta! Kenapa kakak tidak mau melakukan pengorbanan? Kak john mau apa meninggalkan kami? Lalu apa ini hanya caranya? Berpikir carla...' batin carla
15 menit kemudian, carla belum juga selesai mondar mandir dalam kamar sambil memikirkan jalan tengah nya.
'Ok, kenapa tak terpikirkan olehku? Sekarang tinggal minta persetujuan dari ibu dan ayah.' Batin carla, dia bergegas menuju ruang keluarga, disana tengah ada nenek dan ibunya duduk menyaksikan serial favorit mereka di tv
*send
"APAAA?" Ucap kedua wanita di depan carla bersamaan
"Natasya, urus dulu anakmu ini. Bagaimana bisa kita meyakinkan leo?" Tanya nenek carla sambil memegangi kepalanya
"Aku juga tidak tahu bu, biasanya carla tak bersikap seperti ini. Ibu tadi kan sudah kubilang, leo marah saat john mau memutuskan hubungan nya dengan kita. Dan dia mau melakukan ini? Yang benar saja bu?" Ucap tasya
"Kita kan hanya minta ayah pura pura sakit. Ayah kan tidak sakit sungguhan, kenapa kalian takut seakan ayah kusuruh untuk sakit sungguhan?" Tanya carla, kedua wanita di depannya ini memang tak habis pikir. Carla mau untuk membuat leo sakit parah agar john kasihan dan bertunduk pada leo. Yg benar saja, leo? Pura pura? Tunggu saja sampai kiamat kalau begitu
"Bu, ibu pikirkan cara agar anak ini mengerti. Aku pusing bu." Ucap natasya memegangi kepalanya
"Ya sudah kalau begitu aku akan mogok makan dan pulang kembali ke seattle. Ibu pilih saja kalau ibu mau nyawaku melayang makan pentingkan saja keegoisan ibu itu." Ucap carla sambil menaruh tangannya di depan dada
"Ada banyak kekuatan pencuri dan mereka dikuasai iblis untuk mencuri di dunia. Banyak, banyak.. wahai paranormal temuilah aku disini. Rumah sakit, temui aku sekarang juga." Ucap nenek carla sambil menerawang tak jelas, ini adalah kebiasaan nenek carla. Kalau dia sedang pusing dia akan mengutarakna kata kata itu, itu sebabnya tasya tak pernah meninggalkan ibu mertua nya sendirian di rumah. Nenek carla berjalan menuju kamarnya
"I--ibu. Ibu mau kemana bu?" Tanya tasya, ia hendak berdiri
"Kalau begitu aku akan mulai mogok makan dari sekarang." Ucap carla, ia tahu itu hanya jalan tengah dari nenek nya saja, untuk pura pura gila dan mereka tak melakukan apa yg diminta carla
"Baiklah, kita bicara lagi nanti. Sekarang ibu mau menyusul nenekmu dulu ya." Ucap tasya menyerah atas keras kepala anaknya ini. Tasya pergi meninggalkan carla sendirian di ruang keluarga itu.
'Sekarang tinggal satu, ayah.' Batin carla
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Big Boss ✅
RomanceCarla Edward (a nurse) : Takdir. Itulah yang kupercayai hingga saat ini. Jika saja aku tidak ikut dalam operasi itu, jika saja aku tidak menjadi perawat. Maka itu takkan terjadi. Peter Johnson (CEO) : Entah apa yang dimiliki dirinya, aku tak perlu...