Five

2.2K 127 0
                                    

" Darren, kak Safa mana?" Ica berdiri di depan Darren, membuat Darren menatap Icha,

" belom pulang kuliah, tunggu aja. Ntar juga pulang," Darren kembali menatap ponselnya,
Ica hanya cemberut lalu duduk di samping Darren.

Hanya ada suara berisik televisi yang ada di ruang tamu Darren, Darren memasukan ponselnya ke dalam saku celana, lalu menatap Icha ,

" ih ngapain lo liatin gue?" Icha memasang wajah curiga, sedangkan Darren tetap menatap Icha,

"aduh gimana ya bilangnya," Darren menggaruk tekuknya,

" Apaan sih?" Icha mulai penasaran dengan Darren,

" gue boleh nanya gak?" Darren bertanya pelan, membuat Icha melirik sebentar lalu kembali menatap layar televisi.

" Icha, gue serius!" Darren berucap kesal karena merasa diabaikan,

" yaudah ngomong aja sih, rempong amat," Icha menjawab santai sambil mengambil cemilan di atas meja tamu.

" Anya itu orangnya gimana sih Cha?" Darren bertanya penasaran, membuat Icha langsung menatapnya.

Icha menyipitkan matanya,
" lo naksir Anya ya?" Icha mengarahkan telunjuknya pada wajah Darren,

" Apaansih Cha, gue cuma nanya!" Darren mulai kesal,

" Anya itu baik bangettttt, cantik, dan sangat royal ama siapapun, tapi...," Icha menaruh cemilanya dan menatap Darren,

Darren mengerutkan keningnya,
" tapi kenapa?" Darren menatap Icha heran,

Icha hanya menaikan kedua bahunya,
" kayaknya dia gak akur ama nyokapnya," Icha kembali menatap televisi dan mengambil cemilanya,

" hah? Gak akur gimana? Harusnya dia seneng dong, nyokapnya kan model terkenal dan udah pasti kaya raya," Darren bertanya kembali, membuat icha memutar kepalanya menghadap Darren,

Icha menghela nafasnya,
" Darren, kekayaan dan kepopuleraan itu gak menjamin kebahagiaan. Awalnya gue pikir Anya itu enjoy sama kehidupnya, tapi realitanya sama sekali enggak! Hampir setiap bagi rapot, yang ngambil itu pembantunya, pas gue tanya dia jawab nyokapnya sibuk. Yang lebih parah lagi pas gue main ke rumahnya, dia lagi ribut sama nyokapnya. Dan gue sama Viola liat dengan mata kepala gue sendiri kalo nyokapnya Anya nampar Anya. Anya gak pernah mau cerita tentang kehidupan pribadinya. Selalu ada alibi atau alasan saat gue atau Viola nanya tentang keluarganya," Icha membuang nafas panjangnya,

Darren diam, bahkan orang ceria seperti Anya memiliki begitu banyak kesakitan. Kesan pertama adalah gadis konyol dan bad, itulah yang selalu ada dipikiran Darren. Apalagi sejak sahabatan dengan Icha, membuat Darren terus memberi stempel buruk pada Anya,

" dia sering ngajak gue ama Viola buat ke panti asuhan, dia selalu seneng ke sana," Darren hanya diam, rasa bersalah karena menilai buruk Anya mulai menjalar ke hatinya.

" Ren, kok diem? Mulai naksir ama Anya lo ya? Gue gak bakal setuju kalo Anya ama lo," Icha mulai mengancam Darren, membuat Darren menaikan kedua alisnya,

" kenapa emang?" Darren bertanya santai sambil menyandarkan kepalanya pada sofa,

" dia cewe baik-baik, dan lo brengsek!" Icha langsung berdiri dari tempatnya dan melangkah pergi. Membuat Darren diam di tempatnya,

Suasana malam sangat didominasi oleh gelap, suara musik yang begitu keras membuat pengunjung club berjoget ria, Darren hanya tertawa melihat tingkah wanita malam yang sekarang menggodanya, membuat kedua sahabatnya hanya menggeleng geleng kepala.

" Abra mana?" Darren mengambil gelas kecil yang ada di depanya, sambil mengelus dada wanita malam yang ada dipangkuanya,

" gak bisa dateng, katanya dia lagi nemenin Anya," Miko bertriak agar suaranya tidak kalah oleh musik ruangan,

" apa, nenenin Anya?" Darren ikut bertriak sambil menampilkan wajah kagetnya,membuat Edo menjitak kepala Darren,

" eh anjing, tadi si Miko bilang nemenin!" Edo mendekatkan wajahnya pada Darren, membuat Darren hanya ngangguk- ngangguk,

" lo kali yang minta dinenenin," suara miko membuat Edo tertawa, sedangkan Darren hanya tersenyum kecil, dengan tangan yang terus menjalar pada tubuh wanita yang ada dipangkuanya,

" eh, Abra nyuruh kita ke rumahnya, dia ngajak main ps," Miko kembali bertriak, membuat Darren langsung menurunkan wanita yang ada dipangkuanya,

" yaudah ayo, boring banget disini," Edo meletakan gelasnya di atas meja,

Darren tersenyum manis dan mengecup singkat wanita malam yang tadi ada dipangkuanya, lalu berjalan mengikuti kedua temanya.

Abra sedang mengambil cemilan di kulkasnya, sedangkan ketiga temanya asyik dengan ponselnya masing-masing, Abra melempar cemilan di meja ruang tamu agar ketiga sahabatnya itu melihat Abra,

" eits, santai bro," Miko menaruh ponselnya dan melihat senyum licik pada wajah Abra,

" oh Abra mau di perhatiin ya," Darren meledek Abra sambil mengambil cemilan yang tersedia,

" ye si anjing, geli gue dengernya," Abra melemparkan pandangannya pada Darren sambil terkekeh,

" Abra gue numpang tidur di kamar lo ya, mata gue ngantuk banget," ucapan Edo hanya mendapat ekspresi bingung dari Abra,

" sorry banget bro, di kamar lagi ada Anya tidur. Kasian dia kecapean," ucapan Abra membuat Darren berhenti bermain ponselnya, sedangkan Miko berhenti mengunyah makananya. Berbeda denga Edo yang terkekeh melihat ekspresi Miko dan Darren,

" lo berdua kenapa ngeliatin gue kaya gitu?" Abra bertanya sambil menatap Darren dan Miko,

" biasalah Abra, lagi mikir jorok," Edo menjawab santai sambil menyandarkan kepalanya pada sofa,

" ye si monyet, mesum mulu pikiran lo berdua," Abra hanya terkekeh, sedangkan Miko dan Darren membuang nafas panjangnya,

" tapi lo gak ngapa-ngapain dia kan? " Darren bertanya was-was, membuat ketiga sahabatnya langsung menoleh padanya,

Abra mengerutkan kedua alisnya,
" lo kenapa nanya gitu Ren?" Abra bertanya serius, membuat suasana menjadi tegang,

" hmm, dia kan sahabatnya sepupu gue," Darren menjawab dengan grogi,

" tai, paling alibi lo. Bilang aja naksir ama Anya," godaan dari Miko membuat wajah Abra menjadi merah karena emosinya,

" pokoknya, diantara kalian bertiga gak boleh ada yang deketin Anya!" Abra berucap tegas, membuat ketiga sahabatnya menampilkan ekspresi bertanya-tanya.

"why? Bahkan dia bukan pacar lo Bra," Darren menampilkan wajah santainya,

" karena kita brengsek dan dia cewe baik-baik, dia cuma cewe rapuh yang hampir tiap malem nangis diem-diem," ucapan Abra membuat ketiga sahabatnya semakin bingung,

Darren mengerutkan keningnya, tanganya mengambil cemilan yang ada di atas meja,
" cerita yang lengkap Bra, jangan setengah," Darren berucap tenang sambil mengunyah makananya,

Abra menarik nafasnya, lalu membuangnya. Dia melihat ketiga sahabatnya menatapnya penuh tanya,
" Anya kecapean karena tadi gue sama dia abis ke makam bokapnya. Bokapnya meninggal saat dia kelas 5 SD, sedangkan nyokapnya," Abra kembali membuang nafasnya,

" mungkin kalian mikirnya nyokap Anya itu...-"

" nyokapnya Teraya Adelia kan? Yang model terkenal itu?" Miko memotong pembicaraan Abra, membuat Darren melirinya kesal.

"iya, itu nyokapnya Anya. Di layar televisi emang dia terlihat sempurna, tapi dibalik imagenya yang sempurna, Anya gak pernah jadi prioritas dia. Prioritas nyokapnya Anya itu cuma image dan pacarnya. Gue sering liat pipi Anya merah karena tamparan nyokapnya. Mungkin nyokapnya gak terima saat Anya mulai kecewa sama dia. Dia baru pindah ke sini pas kelas 8, dan dia ceritain tentang kehidupanya saat dia kelas X, " Darren diam,dia hanya menegung soda yang diminumnya secara perlahan, pikiranya mulai merambat pada Anya,

" Darren, " panggilan dari Abra membuat Darren langsung menoleh pada Abra,

" jangan deketi atau naruh hati sama Anya ya, gue gak mau kalo di ending nanti. Anya yang bakal hancur gara-gara lo," ucapa Abra membuat Miko dan Edo langsung menatap Darren,

" eng....enggak mungkin lah Bra," Darren menjawab santai dan kembali meneguk minumanya.

Darren Dan Anya (sebagian di private )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang